Hatiku Surgaku Rumahku Surgaku

Kamis, 03 Mei 2018

autis

1. Apa itu autisme?

Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya harus sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini terjadi pada aspek neurobiologis otak dan mempengaruhi proses perkembangan anak. Akibat gangguan ini   sang anak tidak dapat secara otomatis belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.

2. Apa saja gejalanya?

Gejala individu autistik yang harus muncul (salah satu atau kesemuanya) adalah gangguan interaksi kualitatif, gangguan komunikasi yang tidak diusahakan diatasi dengan kemampuan komunikasi non-verbal, dan perilaku repetitif terbatas dengan pola minat, perilaku dan aktifitas berulang.

3. Bagaimana mendiagnosa autisme?

Walaupun tidak ada satu tes khusus yang tersedia untuk mendiagnosa gangguan perkembangan ini, melalui observasi kriteria-kriteria spesifik dapat ditegakkan satu diagnosa konsensus.

4. Siapa yang berwenang menegakkan diagnosis bahwa seseorang itu autistik?

Apakah seseorang dapat dinyatakan sebagai individu autistik atau tidak, ditentukan melalui tahapan wawancara mendalam dengan orang-orang yang mengasuh anak dan paham akan perkembangan anak di tiga tahun pertama kehidupannya, observasi serta interaksi dengan anak tersebut.

Dokter dan psikolog biasanya adalah profesi-profesi yang dijadikan ujung tombak penanganan individu autistik. Profesi lain seperti guru, terapis, maupun pihak saudara, serta orangtuanya sendiri dan anggota masyarakat umum memegang peranan penting dalam memberikan data mengenai kondisi anak sehari-hari secara detil.

5. Apa penyebab autisme?

Sampai saat ini, apa yang menjadi penyebab gangguan spektrum autisme ini belum dapat ditetapkan. Negara-negara adikuasa yang sanggup melakukan penelitian menyatakan bahwa penyebab gangguan perkembangan ini merupakan interaksi antara faktor genetik dan berbagai paparan negatif yang didapat dari lingkungan.

6. Apa saja penanganan yang tersedia bagi individu autistik di Indonesia?

Berbagai terapi terbukti membantu meningkatkan kualitas hidup individu autistik. Penanganan yang sudah tersedia di Indonesia antara lain adalah terapi perilaku, terapi wicara, terapi komunikasi, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, pendidikan khusus, penanganan medikasi dan biomedis, diet khusus. Penanganan lain seperti integrasi auditori, oxygen hiperbarik, pemberian suplemen tertentu, sampai terapi dengan lumba-lumba juga sudah tersedia di beberapa kota besar.

7. Apa saja kemungkinan pendidikan bagi mereka?

Individu autistik tidak berbeda dengan individu lain non-autistik. Artinya, kecerdasan setiap individu sangat bervariasi.. Karena tingkat kecerdasan setiap individu berbeda, intensitas gejala autistik yang ada pada setiap individu juga tidak sama, maka kemungkinan pendidikan bagi individu autistik bervariasi dari ‘bisa mencapai pendidikan setinggi-tinggi mungkin’, sampai ‘tidak bisa dididik tetapi hanya dapat dilatih saja’.

Setiap individu berbeda.

8. Bagaimana prognosa bagi individu autistik?

Prognosa dan hasil akhir tergantung banyak aspek, antara lain: jumlah dan intensitas gejala, usia deteksi, jenis dan intensitas penanganan, serta peranan orang tua dalam generalisasi penanganan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil akhir penanganan, tidak dapat diprediksi karena merupakan interaksi banyak sekali faktor. Penanganan merupakan perjuangan panjang dan perlu kerja keras tak terputus sebelum memberikan hasil yang efektif efisien.

9. Adakah kemungkinan bagi individu autistik untuk “sembuh”?

Karena autisme merupakan gangguan perkembangan dan bukan suatu penyakit, penggunaan istilah “sembuh“ menjadi kurang tepat. Yang lebih tepat adalah bahwa individu autistik dapat ditatalaksana agar bisa berbaur dengan individu lain di masyarakat luas semaksimal mungkin, dan pada akhirnya dapat beradaptasi dengan berbagai situasi yang juga dihadapi orang lain pada umumnya.

10. Apakah penggunaan istilah ‘penderita autisme’ sudah tepat?

Istilah ‘penderita’ untuk menggambarkan masing-masing anak, jelas kurang bijak. Anak-anak ini tidak sedang menderita.

Lebih bijak bila kita mengacu pada ‘perbedaan individual’ setiap anak dan pada akhirnya atas dasar melihat ciri-ciri unik setiap anak tersebut kemudian menyebut mereka sebagai ‘individu autistik’.

11. Ada berapa orang individu autistik di Indonesia saat ini di tahun 2008?

Indonesia belum pernah melakukan survei berkaitan dengan jumlah individu autistik, karena alasan biaya dan tenaga kerja. Akibat belum dilakukannya survei tersebut, tentu saja kita tidak bisa memastikan berapa jumlah prevalensi individu autistik di Indonesia. Belum ada satu pun lembaga resmi di Indonesia yang memiliki angka prevalensi kejadian individu autistik di Indonesia di tahun 2008 sesuai fakta di lapangan.

12. Apakah betul terjadi peningkatan jumlah individu autistik?

Di Amerika, Inggris, Australia, pemerintah setempat sudah melaksanakan survei untuk mengetahui jumlah individu autistik dari tahun ke tahun. Di Indonesia, indikator peningkatan baru dapat diperoleh dari catatan praktek dokter – yang dari menangani 3-5 pasien baru per tahun, kini menangani 3 pasien baru setiap hari dan itu pun dibatasi – dan catatan penerimaan siswa di sekolah-sekolah. Sulit mendapatkan angka di Indonesia mengingat bahwa belum ada sensus secara resmi, belum meratanya diagnosis bagi anak-anak ini, dan keengganan sebagian orangtua mengakui bahwa putra/i-nya adalah individu autistik.

13. Di keluarga saya tidak ada yang autistik, jadi kami sebaiknya berbuat apa?

Mengetahui adanya gangguan perkembangan dan memahami ciri khas mereka ini akan sangat membantu individu autistik dan keluarganya dalam beradaptasi dengan lingkungan masyarakat umum.

14. Apa yang keluarga dengan anak autistik harapkan dari masyarakat dan lingkungan?

Keluarga dengan individu autistik sejak anak masih balita sudah mengalami banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, penyesuaian, menghadapi tuntutan masyarakat. Tingginya biaya penanganan dan sulitnya mendapatkan kesempatan pendidikan juga merupakan tekanan bagi orangtua.

Keluarga sangat mengharapkan lingkungan dan masyarakat dapat bersikap lebih empatik terhadap perjuangan mereka mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya, memahami kesulitan mereka, sehingga tidak mengolok-olok perilaku individu autistik atau menyalahkan orangtua bila individu autistik bersikap tidak seharusnya.

Semua orang tidak pernah meminta untuk dilahirkan, apalagi  dilahirkan sebagai individu autistik.

Semua orangtua mengharapkan anaknya lahir sempurna, tetapi ketika putra/i-nya ternyata tidak sempurna, orangtua juga tidak bisa berbuat lain selain melanjutkan kehidupan sebaik mungkin.

Keluarga dengan individu autistik membutuhkan pengertian dan kesempatan, bukan belas kasihan ataupun umpatan.

–***–

*) disusun sebagai bagian kegiatan Kampanye Peduli Autis April 2008


Obesitas atau kegemukan tampaknya menjadi hal yang harus dihindari. Berbagai macam obat diet dan cara diet banyak beredar di masyarakat. Dengan persentase yang menjanjikan bisa membuat tubuh Anda bisa lebih indah untuk dilihat. Namun, diet tidak hanya dilakukan Anda yang terkena obesitas atau sekadar memperindah bentuk tubuh. Ternyata diet juga dilakukan oleh anak-anak autis. Lantas bagaimana cara dietnya ?

Autis merupakan gangguan perkembangan yang menyerang anak pada usia balita hingga tiga tahun dengan deteksi dini lebih cepat. Gangguan perkembangan tersebut ternyata berpengaruh terhadap makanan yang dikonsumsi anak-anak autis.

Diet GFCF menjadi salah satu diet yang bisa dilakukan oleh anak autis, guna mencegah gangguan pencernaan lain yang mengakibatkan semakin parahnya perkembangan anak autis.

Diet GFCF ialah diet Gluten Free Casein Free di mana anak penyandang autis menghilangkan konsumsi gluten dan casein.

Gluten merupakan protein yang terdapat pada tumbuhan.

Sedangkan Casein merupakan phospo protein dari susu yang mempunyai struktur mirip gluten.

Dalam proses pencernaan di saluran tubuh, makanan dipecah menjadi komponen komponen yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh usus halus untuk dipergunakan oleh tubuh. Proses pemecahan menjadi bentuk sederhana ini dilakukan oleh enzim yang ada di saluran pencernaan.

Bahan makanan yang mengandung protein (yang terbentuk dari rangkaian beberapa asam amino) dalam saluran pencernaan dipecah menjadi asam amino tunggal dan bentuk paling sederhana inilah yang diserap oleh tubuh.

Anak penyandang autis mempunyai masalah dalam proses  mencerna/ memecah protein gluten dan casein. Akibatnya struktur protein gluten dan casein dalam saluran cerna anak autis tidak terpecah sempurna menjadi asam amino tunggal melainkan masih dalam bentuk peptida ( rangkaian beberapa asam amino).

Lalu akan terjadi masalah di mana peptida akan keluar dari saluran pencernaan ( diserap oleh tubuh) masuk dalam ke dalam darah ( pada normal hal ini seharusnya tidak terjadi ) dan kondisi ini disebut Leaky gut  (Kebocoran saluran cerna) di mana dinding usus halus tidak mampu lagi menjadi dinding pemisah antara isi usus halus dan darah.

Cara Diet Untuk Anak Autis

Diet tersebut tentunya bisa dilakukan oleh orang tua penyandang autis. Diet GFCF bisa dilakukan dengan kontrol secara teratur. Diet GFCF baiknya dilakukan setiap minggu, dengan jadwal sebagai berikut :

Minggu ke I

Kurangi dan kalau mungkin hapuskan makanan yang berasal dari terigu dalam bentuk mie.

Solusi   : Cari makanan mirip mie yang berasal dari tepung beras.

Seperti : Bihun, rice spaghetti, corn spaghetti, rice & corn fetucinni, kwetiauw beras.

Minggu ke II

Selain mie di atas, kurangi atau kalau mungkin hapuskan makanan yang berupa biskuit. Biskuit yang ada di pasaran bebas terdiri dari susu, terigu, zat aditif (perenyah, pengawet, perasa, dll).

Solusi   : Cari biskuit dari tepung beras.

Seperti : Produk Oma Lina’s (Kue semprit, kue chocollatechip cookies, kue krispi)

Minggu ke III

Selain mie, biskuit, roti – kurangi atau kalau mungkin hapuskan makanan yang berupa roti. Roti biasanya dominan mengandung tepung terigu dan ragi.

Solusi   : Buatkan makanan yang bebas dari tepung  sebagai camilan.

Seperti : singkong goreng, ubi goreng, kentang goreng.

Minggu ke IV

Selain mie, biskuit, roti – kurangi atau kalau mungkin hapuskan makanan yang berasal dari susu sapi, seperti: susu bubuk untuk anak yang banyak di pasaran, keju – kurangi atau kalau mungkin hapuskan makanan yang berasal dari susu sapi, seperti: susu bubuk untuk anak yang banyak di pasaran, keju, coklat yang dijual di pasaran.

Solusi   : Susu kedelai dengan tambahan aroma pandan, aroma jahe, bisa juga ditambah dengan coklat Paskesz (bukan dari produk susu), susu kentang (Vance dari Free)

Bila diperlukan, kurangi atau hapuskan susu kedelai. Sebagai penggantinya, pakailah air tajin dari beras.

Minggu ke V

Selain mie, biskuit, roti, susu – kurangi atau kalau mungkin hapuskan makanan yang banyak mengandung gula, seperti: sirup, permen, minuman kotak yang dijual di pasaran, soft drink.

Solusi   : No sugar, ganti dengan gula merah, Stevia.

Minggu ke VI

Selain mie, biskuit, roti, susu, gula – atur buah-buahan yang biasa dikonsumsi anak. Hindari apel, anggur, melon, Selain mie, biskuit, roti, susu, gula – atur buah-buahan yang biasa dikonsumsi anak. Hindari apel, anggur, melon, tomat, jeruk, strawberry.

Konsumsi: pepaya, nenas, sirsak, kiwi. Bila perlu dalam bentuk pudding.

Diet GFCF tentu perlu kerjasama antara orang tua dan anak penyandang autis. Dengan diet GFCF perkembangan anak autis akan lebih baik dengan catatan hindari makanan yang mengandung pengawet, perasa, pewarna dan msg. *Athurtian

Sumber: Redaksi Rumah Autis

Sebuah kiriman dibagikan oleh Peduli Autis Surabaya (@peduliautissurabaya) pada


Yayasan Alejo Pelita Indonesia – ibu Sri Asih
Jl. Arief Rachman Hakim (Ruko 21 Klampis, Blok G-2) Surabaya
Tlp. 031-5944432 / 5992051

Autis Treatment Center “Harapan Bangsa”
Puri Amerta Regency D-4 Randegansari Driyorejo Gresik, Jawa Timur
Tlp: 081230020869

Boarding School Wisma Dhanie  (Bpk Ricky S.H)
 Jl Puncak Buring Indah Blok P1/1 Malang, Jawa Timur.
Tlp/Fax 0341-7295040.
HP. 081249080054.

AGCA Center – Surabaya (Dr. Handoyo, MPH)
Jl. Ngagel Jaya Tengah III / 21 – Surabaya 60286.
Tlp. 031-5021826

Matahati
Ruko Permata II – C73-75, Jl. HR Mohammad Surabaya.
Tlp. 031-734 9834. Fax. 031-734 9835

Pelangi Treatment Center (Ibu Rina Wati)
Jl. Jemursari 76, Kav. C-39, Surabaya.
Tlp. 031-8492 249. Fax. 031-849 3282

Education Autism Center “Harapan Bangsa”
Ibu Suharyati, SPd
Jl. Raya Menganti Lidah Wetan no. 48 Surabaya,
Tlp. 031-753 5172. HP 0812 300 20869

Pusat Terapi Perilaku “A Plus” (Dra. Indrawati M.Ed)
Jl. Blitar no. 2, Malang.
Tlp. 0341-551482

CINTA ANANDA (Bpk. DR. Gregori Ilyas, MSc)
Jl. Puncak Trikora R II / 8, Tidar, Malang.
Tlp. 0341-558192

Pusat Terapi KANTHI SIWI (S. Dyah Siswantini, ST, MSi)
Perum Karanglo Indah Blok K-2 Malang.
Tlp. 0341-473 866. HP 0818 038 76788

CAHAYA HARAPAN (Ibu Amin Winarti)
Jl. Nias no. 9 Madiun.
Tlp. 0351 497 135

Lembaga Paguyuban DALTA OZORA
Sidomulyo RT 11 – RW 03, Kec. Sawahan, Kab. Madiun.
Tlp. 0351-459 943. HP 0818 3400 33

Tumbuh Bersama (Aryani Kristiningtyas, SPsi)
Perum Griya Mauni Kav 2-3, Bangsal, Kediri.
Tlp. 0354-700 4435. Fax. 0354-682338

Permataku (Tria Novida, SPsi) –
Perum. Puri Permata Blok F 12 – Tulungagung.
Tlp. 0355-773 3998. HP 0812 357 2827

Pusat Terapi Cita Hati Bunda (Ibu Ika Wahyuningrum)
Perum Sidokare Asri Blok V no. 1, Sidoarjo.
Tlp. 031-895 7631. HP. 0817 5288893

Pusat Terapi Wicara dan Gangguan Spektrum Autisma ASA (Dr. Evy Ervianti, SpKK)
Jl. Kartini 204, Gresik, Jawa Timur 61122.
Tlp. 031-3975 814




Tidak ada komentar:

Posting Komentar