klik alodokter
Anak Pengidap Sindrom Asperger Tidak Butuh Kelas Khusus
Waspadai jika anak Anda belum dapat berkomunikasi dan menjalin interaksi sosial seperti umumnya anak usia 2-6 tahun. Ini adalah salah satu ciri utama pengidap sindrom Asperger.
Anak dengan sindrom Asperger umumnya mengalami gangguan pada tiga bidang ini: interaksi sosial, perilaku yang mengulang-ulang aktivitas tertentu, serta pola pikir yang kaku dan terfokus pada rutinitas dan peraturan. Pada umumnya, sindrom ini pertama kali didiagnosis pada anak yang berkisaran usia 2-6 tahun. Anak lelaki umumnya empat kali lebih berisiko mengalami sindrom Asperger dibandingkan anak perempuan.
Pada tahun 1944, seorang dokter dari Austria yang bernama Hans Asperger menemukan sebuah kelainan psikologi pada anak-anak yang kemudian dinamakan dengan sindrom Asperger.
Sindrom ini termasuk ke dalam gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental disorder/PDD). Pengidapnya mengalami keterlambatan dalam perkembangan dasar anak-anak seusianya, seperti kemampuan bersosialisasi, berimajinasi, dan berkomunikasi.
Apakah si Kecil Menderita Sindrom Asperger?
Gejala sindrom Asperger ini dapat berbeda-beda sesuai tingkat keparahannya. Meski begitu, terdapat karakteristik umum yang bisa dikenali untuk membantu Anda mendeteksi ada atau tidak adanya kemungkinan tersebut pada anak.
-Mengulangi suatu perilaku yang tidak wajar secara berkali-kali, seperti memainkan jari-jemari atau meremas-remas tangan.
-Sulit berinteraksi dengan orang lain, susah bicara, dan kesulitan memulai pertemanan. Karenanya, dia menjadi kurang dapat menunjukkan empati.
-Enggan menatap mata lawan bicaranya. Kesulitan memahami bahasa tubuh orang lain dan sulit mengungkapkan diri sendiri melalui gestur dan eskpresi wajah. Dia tidak sulit mengenali perubahan mimik wajah dan nada suara orang lain. Dia sendiri juga mungkin berbicara dengan nada, aksen, dan ekspresi datar.
-Sulit memahami konteks dalam berbahasa.
-Memiliki kebiasaan yang tidak normal, seperti mengenakan pakaian dengan urutan yang berbeda dengan orang pada umumnya. Oleh karena itu, dia juga tidak menyukai perubahan dalam rutinitas sehari-hari.
-Mengalami gangguan koordinasi tubuh sehingga sering terlihat canggung.
-Memiliki minat yang sangat spesifik dan terbatas, kadang cenderung obsesif terhadap hal-hal tertentu, seperti cuaca, peta, ataupun acara TV. Dia bisa bicara panjang lebar tentang subyek favoritnya. Kadang bicara sendiri dan merasa tidak membutuhkan respons. Bahkan dia bisa mengutarakan hal yang umumnya tidak diungkapkan anak pada umumnya.
-Perkembangan kemampuan motorik yang terlambat, seperti terlambat bisa menggunakan sendok, belum juga bisa menangkap bola, atau tidak bisa mengendarai sepeda.
-Lebih sensitif terhadap suatu rangsangan, seperti suara kencang, tekstur, cahaya.
-Sebagian besar pengidap sindrom Asperger memiliki tonus (kontraksi) otot yang lebih rendah.
Hingga sekarang, penyebab sindrom ini belum diketahui secara pasti. Salah satu kemungkinannya adalah faktor genetik. Selain itu, pajanan dari faktor di lingkungan mungkin juga berkontribusi, seperti virus atau bahan kimia. Dugaan lain adalah bahwa gejala yang muncul disebabkan oleh adanya perubahan pada otak.
Sindrom Asperger tidak dapat dicegah dan tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Dengan begitu, diagnosis dan perawatan dini dapat membantu pengidap memperbaiki kualitas hidupnya seiring perkembangan usia.
Tetap Dapat Hidup Normal
Bila diduga mengalami sindrom ini, dokter akan melakukan evaluasi dari mempelajari riwayat, melakukan pemeriksaan fisik, melakukan pemeriksaan neurologis (saraf), serta mungkin melakukan tes X-ray disertai tes darah. Diskusi dengan orang tua, kerabat, dan guru mungkin juga diperlukan.
Walaupun tidak ada obat untuk menyembuhkan sindrom Asperger, tapi ada rangkaian terapi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Berikut beberapa terapi yang dapat dijalani:
-Modifikasi perilaku sebagai langkah mendukung perilaku positif dan mengurangi perilaku negatif.
-Pendidikan khusus untuk memenuhi kebutuhan tiap anak pengidap sindrom Asperger.
-Terapi kemampuan sosial agar pengidap dapat belajar memahami bahasa tubuh lawan bicara dan membangun relasi sosial.
-Terapi bicara, fisik, dan okupasional untuk meningkatkan kemampuan fungsional anak.
-Obat-obatan untuk menangani gejala khusus yang menyertai sindrom ini, seperti hiperaktif, depresi, kelelahan, dan perilaku obsesif-kompulsif.
Terlepas dari semua gejala di atas yang cenderung negatif, pengidap sindrom Asperger dapat sangat berbakat di bidang tertentu, seperti matematika atau musik. Meski mirip dengan autisme, tetapi anak dengan sindrom Asperger biasanya dapat berfungsi lebih baik dibandingkan anak dengan autisme.
Pada beberapa kasus, pengidap sindrom ini tidak mengalami gangguan kognitif ataupun bahasa. Sebagian dari mereka bahkan bisa memiliki angka intelegensia normal dan di atas rata-rata sehingga dapat belajar bersama di kelas biasa dan dapat bekerja seperti orang normal, meski memiliki gangguan komunikasi dengan orang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penanganan tepat sejak dini, anak dengan sindrom Asperger dapat hidup mandiri selayaknya manusia pada umumnya meski perlu berjuang untuk dapat berinteraksi sosial dengan normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar