Xx
Johan Sukweenadhi, Universitas Surabaya dan PT Bintang 7
klik LinkedIn
klik instagram
klik YouTube
beliau berhasil mempercepat proses perkembang biakan Ginseng Korea dari 6 tahun menjadi 6 Minggu dalam laboratorium tanpa mengurangi khasiat obat herbal dalam ginseng tersebut.
untuk sementara hanya bisa dibiakkan dalam lingkungan laboratorium ruangan tertutup.
penelitian ke depannya, mempercepat proses perkembang biakan jahe/kunir/kencur/temulawak dll dalam media tanam hidroponik yang biasanya 12 bulan menjadil lebih cepat lagi (mungkin 1 bulanan).
karena jahe dll baru keluar efek obat herbal/fitopharmaka nya setelah ditanam selama setahunan.
penelitian ini diperlukan untuk percepatan produksi hasil2 pertanian untuk tanaman obat berbahan herbal.
*
Industrialization of Panax ginseng Root Cultures in Indonesia
klik winner conference
"Panax ginseng is widely used as raw material in many pharmaceutical industries in Indonesia. However, to supply that massive consumption, they still rely on imports.
PT. Kalbe Farma (through its subsidiary, PT. Bintang Toedjoe), University of Surabaya (Ubaya), and Hanbang-Bio Laboratory (holding company of Kyung Hee University) established the Kalbe Ubaya Hanbang-Bio Laboratory (KUH Lab), a collaboration initiated to achieve the independence of raw materials for food security.
This laboratory is devoted to developing the plant tissue culture protocol for the mass production of P. ginseng root cultures. The initial stage of the mass production focused on optimizing the agricultural conditions such as inoculum weight, medium volume, medium formulation and incubation temperature. Based on the biomass yield and ginsenosides content, it was concluded that the optimum growth condition was 150 g of the initial inoculum grown in 13 L of media using formulation B and incubation at 21°C to 25 °C. In the long-term, despite of climate change, KUH Lab aims to produce P. ginseng on an industrial scale to sufficiently supply the demands for P. ginseng in the country.
Furthermore, this laboratory also intends to make standardized Indonesian herbal materials by using plant tissue culture. "
*
citations
klik adscientificindex
klik google scholar
klik sinta
klik researchgate
klik europepmc
klik academia
klik onesearch
klik gramedia
Xxx
Xxx
*
Johan Sukweenadhi, Dosen Berprestasi Di LLDIKTI Wilayah VII
Rabu, 17 Juli 2019 | 20:48 WIB
penulis :
SEPTINDA AYU PRAMITASARI
editor : Dhimas Ginanjar
klik jawa pos
JOHAN Sukweenadhi terlihat sibuk dengan aktivitasnya di Kalbe Ubaya Hanbang-Bio Laboratory Universitas Surabaya (Ubaya) kemarin (16/7). Dosen fakultas teknobiologi itu mengecek secara detail kondisi pertumbuhan akar ginseng dengan sistem bioreaktor kultur jaringan tanaman.
”Di usia tujuh minggu, akar ginseng ini sudah bisa dipanen. Bobotnya setara dengan ginseng yang dipanen empat tahun masa tanam konvensional,” kata Johan sembari mengontrol proses inkubasi kultur jaringan akar ginseng dengan media air tersebut.
Sebagai ketua peneliti di Kalbe Ubaya Hanbang-Bio Laboratory, Johan memang harus selalu mengontrol aktivitas di laboratorium kultur jaringan itu setiap hari Dalam sehari, pria 29 tahun tersebut bisa menghabiskan 2–3 jam di laboratorium.
Johan juga banyak terlibat dalam penelitian-penelitian pada tanaman ginseng. Salah satu penelitiannya mengenai interaksi bakteri baik dengan tanaman ginseng. Penelitian yang dilakukan saat menempuh pendidikan doktor di Kyung Hee University, Korea Selatan, itu pun berlanjut hingga sekarang. Media tanamannya pun berbeda. Yakni, tanaman padi merah di Tabanan, Bali.
Berkat hasil-hasil penelitian tersebut, Johan pun mendapatkan penghargaan sebagai peringkat kedua dosen berprestasi oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VII.
Johan mengatakan bahwa ginseng merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan di Korea Selatan. Namun, dalam masa tumbuhnya, banyak kendala. Kadang usia tanaman ginseng 1–2 tahun sudah dalam kondisi stres dan tidak bisa tumbuh.
Hal itu disebabkan kurangnya sistem pertahanan pada tanaman ginseng sehingga menghambat pertumbuhan sampai masa panen. ’’Dari situlah, saya berpikir cara untuk menambah pertahanan agar ginseng bisa tumbuh sehat,’’ ujarnya.
Penelitian pun dilakukan sejak akhir 2012 hingga 2017. Yang digunakan dalam penelitian adalah arabidopsis, tanaman yang paling sesuai untuk menjadi model studi perkembangan tanaman. Yakni, ginseng.
Johan pun berupaya mencari solusi untuk meningkatkan pertahanan ginseng dengan konsep budi daya secara konvensional seperti yang dilakukan petani di Korea Selatan. Salah satu caranya, dengan ’’imunisasi’’ tanaman sejak awal. ’’Seperti manusia, sejak bayi sudah harus diimunisasi. Tanaman sejak bibit awal perlu ’diimunisasi’,’’ katanya.
’’Imunisasi’’ yang dimaksud ialah memberikan bakteri baik kepada tanaman. Johan menjelaskan, asal bakteri baik yang diberikan tersebut bisa berinteraksi dengan tanaman, pertumbuhannya akan jauh lebih baik. ’’Saya meneliti respons tanaan saat diberi bakteri baik yang diambil dari tanaman itu sendiri,’’ jelasnya.
Johan menyatakan, bakteri baik yang diambil dari tanaman ginseng tersebut diberikan pada tahap pembibitan atau tunas. Kemudian, satu tahun awal, bakteri baik diberikan setiap kali irigasi. ’’Hasilnya, akar ginseng tumbuh lebih sehat dan memiliki bobot lebih besar. Pada ginseng yang berusia 2 tahun, rasio terkena penyakit lebih rendah,’’ ujarnya.
Menurut dia, bakteri baik pada tumbuhan memiliki senyawa kimia yang dapat direspons tanaman untuk meningkatkan sistem pertahanan. Karena itu, ketika bakteri baik tersebut diberikan pada tanaman sejak awal, dapat mengurangi risiko gagal panen.
*
Pilot Plant Laboratorium Kalbe Ubaya Hanbang-Bio Diresmikan
penulis : Latu Ratri Mubyarsah
Editor : Latu Ratri Mubyarsah
Kamis, 2 Maret 2023 | 18:50 WIB
klik jawa pos
PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Bintang Toedjoe meresmikan pilot plant laboratorium kultur jaringan Kalbe Ubaya Hanbang-Bio (KUH). Laboratorium KUH itu pertama di Indonesia yang mengembangkan bahan baku ginseng dan benih jahe merah secara kultur jaringan tanaman.
Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasin, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Agusdini Banun Saptaningsih mengatakan, hal itu sebagai langkah nyata menuju komersialisasi mendukung kemandirian bahan baku nasional. Pihaknya mengapresiasi Pilot plant yang dikembangkan Kalbe melalui PT Bintang Toedjoe dan berkolaborasi dengan Ubaya dan Hanbang-Bio Korea.
”Dengan adanya pilot plant ini, pengembangan penelitian ginseng dan jahe merah telah selangkah lebih maju mendekati komersialisasi,” ujar Agusdini Banun Saptaningsih.
Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe Fanny Kurniati menjelaskan, tujuan pembangunan pilot plant adalah sebagai penelitian lanjutan dari skala laboratorium sejak 2018 hingga 2021 sebelum memasuki tahap komersial. Pengembangan benih jahe merah secara kultur jaringan tanaman juga dikembangkan.
”Pilot plant ini dilengkapi dengan sistem AHU yang telah terintegrasi dengan building automation system (BAS), sehingga pemantauan kondisi ruangan pilot plant lebih terkontrol dengan baik,” ujar Fanny Kurniati.
Fanny menjelaskan, pilot plant mempercepat persiapan menuju skala komersial. Selain itu, menghasilkan bahan baku ginseng serta benih jahe merah berkualitas untuk memenuhi kebutuhan bahan baku lokal dan berpotensi digunakan untuk pasar global.
”Peresmian pilot plant Laboratorium KUH ini merupakan komitmen Kalbe melalui PT Bintang Toedjoe mendukung program kemandirian bahan baku nasional,” tutur Fanny Kurniati.
Dengan begitu lanjut dia, menciptakan proses yang terintegrasi dan berkesinambungan pada industri farmasi. Terutama dalam menyediakan bahan baku yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.
Laboratorium kultur jaringan KUH adalah kerja sama PT Bintang Toedjoe dengan Universitas Surabaya (Ubaya) dan Hanbang-Bio Co.Ltd (Kyung Hee University) Korea Selatan.
Rektor Ubaya Benny Lianto menyatakan, peningkatan skala produksi ginseng Korea dan jahe merah Indonesia dengan metode kultur jaringan dari skala laboratorium ke skala pilot merupakan salah satu perwujudan visi Fakultas Teknobiologi Ubaya untuk menghasilkan karya yang manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat.
Menurut dia, bergesernya skala produksi memperluas bidang-bidang yang dipelajari mahasiswa. Ginseng yang diproduksi dengan cara baru itu bisa dinikmati masyarakat.
”Bila umumnya satu bioreaktor kecil menghasilkan sekitar 3 kilogram ginseng, pilot plant dapat menghasilkan sekitar 40 kilogram dalam satu kali proses,” terang Benny Lianto.
Hal itu lanjut dia, karena kapasitasnya sebesar 200 liter atau setara dengan 14 bioreaktor kecil. Dengan masa panen yang sama, yaitu delapan minggu, waktu dan tenaga menjadi lebih efisien.
”Selain itu, kalau dalam satu kali proses berhasil, semua pasti berhasil sehingga tidak ada fluktuasi hasil,” lanjut Benny Lianto.
Renovasi pilot plant Laboratorium KUH Kalbe melalui anak usaha PT Bintang Toedjoe itu terdiri atas pembangunan fasilitas pilot plant, alat-alat laboratorium, dan supporting system lain. Sehingga, mendukung proses penelitian pilot produksi ginseng.
Pilot plant juga didukung Ubaya melalui program Matching Fund Kedaireka Kampus Merdeka dengan Kemendikbudristek yang sudah berjalan sejak 2021. Program itu mendukung kerja sama universitas dengan mitra atau DUDI (dunia usaha dan dunia industri) dalam berbagai bidang.
Matching fund yang diajukan pada 2022 memiliki tema Kemandirian Kesehatan, dengan ruang lingkup adopsi atau difusi, hilirisasi, komersialisasi produk, purwarupa, teknologi, kebijakan (termasuk mini-plant, teaching factory, teaching industry) untuk memenuhi kebutuhan mitra. Dana program mencapai Rp 6 miliar selama dua tahun terakhir, digunakan untuk pembelian alat-alat pendukung pilot plant dan mendukung peta jalan penelitian ginseng.
Saat ini, Kalbe melalui PT Bintang Toedjoe melakukan impor ginseng sebagai bahan baku utama produk Extra Joss. Dengan demikian, peran laboratorium itu sangat penting bagi PT Bintang Toedjoe untuk mengurangi ketergantungan impor dengan cara melakukan produksi secara mandiri melalui teknik produksi in vitro.
Dengan teknologi kultur jaringan, tanaman ginseng dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan klon tanaman yang sama persis dengan induknya (konsisten), mempercepat proses pematangan tanaman yang cukup signifikan, serta untuk multiplikasi jumlah tanaman tanpa memanfaatkan biji tanaman. Teknik itu diharapkan menghasilkan ginseng dengan kandungan bahan aktif ginsenoside yang lebih tinggi dan terstandar.
Fasilitas pilot plant berperan penting dalam menghasilkan bibit jahe merah melalui teknologi kultur jaringan tanaman yang seragam, stabilitas genetik terjaga dan asal indukan yang jelas, tidak mudah terkena penyakit, memiliki keseragaman target metabolit, serta waktu kultivasi yang dapat dipersingkat lebih cepat empat bulan dari waktu kultivasi pada umumnya.
*
PT Kalbe Farma Tbk or Kalbe, through its subsidiary PT Bintang Toedjoe, has inaugurated a pilot plant for a tissue culture laboratory called Kalbe Ubaya Hanbang-Bio (KUH), the first laboratory in Indonesia which develops ginseng and red ginger seeds through a plant tissue culture. It is an actual step towards commercialization for supporting the independence of national ingredients.
“We would like to appreciate this pilot plant, which was developed by Kalbe through PT Bintang Toedjoe and in collaborations with Ubaya and Hanbang-Bio from Korea, to support the independence of national ingredients, specific ginseng, and red gingers. This pilot plant would hopefully trigger the development of research for ginseng and red gingers and advance us further into commercialization,” as stated by Agusdini Banun Saptaningsih, the Director of Pharmaceutical Production and Distribution for the Directorate General of Pharmacy and Health Equipments of the Indonesian Ministry of Health.
“The development of the pilot plant is intended as a follow-up research in a laboratory scale that has been conducted in the 2018-2021 period before entering the commercialization stage, which included the tissue culture development of red ginger seeds. The pilot plant is also equipped with the AHU system integrated with the Building Automation System (BAS), making its room condition monitoring to be well-controlled.” As stated by Fanny Kurniati, the President Director of PT Bintang Toedjoe.
Fanny later explained that the pilot plant would accelerate the preparation into the commercialization scale. It was also intended to produce quality ginseng and red ginger seeds that could be utilized to fulfill the local ingredient needs and its potential to be marketed in the global market.
As Fanny stated, “The inauguration of the KUH Laboratory pilot plant is a commitment of Kalbe through PT Bintang Toedjoeto support the National Ingredient Independence Program, creating an integrated and sustainable process in the pharmacy industry, specifically in providing qualified and beneficial ingredients to the Indonesian people.”
The KUH tissue culture laboratory is a collaboration between Bintang Toedjoe with the University of Surabaya (Ubaya) and Hanbang-Bio Co.Ltd (Kyung Hee University) of South Korea. Benny Lianto, Rector of Ubaya, stated that the improving production scale of Korean ginseng and Indonesian red gingers through the tissue culture method from the laboratory to pilot scale fulfilled a vision of the Technology Faculty of Ubaya, producing a product that could directly be beneficial to the public.
As Benny Lianto later added, “The shifting of the production scale will also prompt the students to create more fields of study and the produced ginseng from this new method can be consumed directly by the people. If a small bioreactor can produce about 3 kilograms of ginseng on average, the pilot plant can produce around 40 kilograms in one process, as it has a capacity of 200 liters or an equal of 14 small bioreactors. With the same harvest period of eight months, this will be more efficient in terms of time and manpower. Moreover, if one process is successful, then the rest will have the same successful result without any fluctuations.”
The renovation of the KUH Laboratory pilot plant by Kalbe and its subsidiary PT Bintang Toedjoe includes the construction of the pilot plant facility, laboratory equipment, and other supporting systems. This is intended to support the pilot research process of ginseng production.
The pilot plant is also supported by Ubaya through the Kedaireka Kampus Merdeka Matching Fund Program with The Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of Indonesia since 2021. The program supports the collaborations of universities and their partners or the Business and Industry World (DUDI) in various fields.
The Matching Fund, which was proposed in 2022, has the theme “the Independence of Health”, with the scope of adoption or diffusion, downstream, commercialization of products, prototypes, technologies, and policies (including mini-plant, teaching factory, and teaching industry), to fulfill the requirements from partners. The program has received a 6 billion rupiah fund for the last two years, which is utilized for purchasing support equipment for the pilot plant and supporting the ginseng research roadmap.
Since Kalbe through PT Bintang Toedjoe has recently imported ginseng as the main ingredient of its product, Extra Joss, the laboratory has an important role in the company to decrease the dependency on imports by independently producing ginseng through in vitro production. With the tissue culture technology, the ginseng can be utilized to produce the same clones as the host plant (consistent), to significantly accelerate the plant maturation process and multiply the amount without using the seeds. Furthermore, this technique can produce ginseng that has a higher and standardized active ingredient known as ginsenoside.
Bintang Toedjoe also develops publically known, red ginger-based herbal products, such as Jahe Merah, Bejo Extra, Sujamer, Bejo Berkah, Komix Herbal, and Redgine. Therefore, the pilot plant facility also has an important role to produce red ginger seeds through a similar plant tissue culture technology, with maintained genetic stability and a clear plant parent origin. This will result in plants that are resilient to diseases, a uniformity of target metabolites, and a faster cultivation time of up to four months from the average cultivation time.
*
(Reinkarnasi Prof. Hembing Wijaya Kusuma di masa milenial)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar