klik sayangi bumi maka akan disayang langitan

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

(HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

*

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

surat (30) ar rum ayat 41

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (٤١)

surat (5) al maa'idah ayat 32

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ (٣٢)

surat 4 An Nisa' ayat 114

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلٰحٍۢ بَيْنَ النَّاسِ  ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

surat 3 Āli 'Imrān ayat 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

*

klik nasehat

klik emak

*
Tampilkan postingan dengan label Tarikh Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tarikh Islam. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 Februari 2023

salahudin al ayubi

Rahasia Kebangkitan Umat Model Kebangkitan Generasi Shalahuddin Al-Ayyubi

02/10/2015

klik https://insists.id/rahasia-kebangkitan-umat-model-kebangkitan-generasi-shalahuddin-al-ayyubi/

*

kisah salahudin al ayubi



*

Shalahuddin Yusuf bin Ayyub atau lebih dikenal Shalahuddin al-Ayyubi (532-589H) adalah sosok yang sangat popular dalam serajah Islam dan Eropa. Sepak terjangnya dalam Perang Salib dan keberhasilannya merebut al-Quds (Palestina) dari penguasa Kristen telah menempatkan Shalahuddin sebagai tokoh yang paling berpengaruh di masa itu. la berhasil menhentikan sementara waktu rangkaian Perang Salib yang diserukan pertama kali oleh Paus Urban II pada 25 November 1095 di Konsili Clermont (Karen Armstrong, Perang Suci, hlm. 27)

Shalahuddin al-Ayyubi menjadi legenda dan kisah suksesnya menjadi inspirasi lintas generasi umat Islam. “Ketika para peniliti, dai, dan kalangan intelektual mendiskusikan berbagai tantangan dan bahaya yang dihadapi oleh umat Islam saat ini, mereka sering mengungkit kemenangan-kemanangan yang diraih Shalahuddin sebagai argumentasi dan penegasan alas urgensi semangat islami dalam menghadapi tantangan dan bahaya tersebut.” (Majid al-Kilani, Hakadza Zhahara lit Shalahiddin wa Hakadza Mat al-Quds, hlm. 25).

Sebagai inspirasi, menempatkan Shalahuddin sebagai ikon kebangkitan adalah suatu hal yang pantas dan bernas. Persoalan baru muncul ketika mencermati metode penyajian model kebangkitan tersebut secara keliru. Umumnya, dimulai dari fenomena pencaplokan wilayah-wilayah Islam oleh Pasukan Salib dengan cara yang kejam dan biadab. Lalu, tiba-tiba muncul sosok-sosok penting yang mengubah kondisi terpuruk umat Islam, seperti Nuruddin Zanki dan Shalahuddin, dan meyiapkan umat untuk mengusung risalah jihad. Sosok-sosok inilah yang ditampilkan sebagai aktor-aktor terpenting perubahan yang berhasil mengembalikan kedaulatan umat Islam, termasuk merebut kembali Palestina.

klik https://www.youtube.com/live/w-rbR-n1d30

klik https://youtu.be/XAzNzJaguL4

klik https://www.youtube.com/live/gPpCy9hjE_8

klik https://youtu.be/QwavPSfCkj4

klik https://youtu.be/t3klK8pd_R4

klik https://youtube.com/@adianhusainitv

klik https://youtube.com/@insistsindonesia

Di balik segala bentuk heroisme sepak terjang Nuruddin dan Shalahuddin, yang secara faktual memang benar, sebenarnya ada satu mata rantai yang hilang. Ada rentang masa sekitar 50 tahun antara jatuhnya wilayah-wilayah Islam di Syam ke tangan Pasukan Salib dengan munculnya model perjuangan Nuruddin Zanki dan Shalahuddin al- Ayyubi.Pertanyaan besar muncul di sini dan menuntut jawaban yang sangat mendesak, apa yang terjadi pada umat Islam selama masa setengah abad tersebut? Faktor-faktor apakah yang telah mengubah kondisi umat Islam dari terpuruk menjadi bangkit, bahkan meraih kemenangan besar melawan pasukan Eropa?

Di sinilah letak pentingnya karya Dr . Majid Irsan al-Kilani, Hakadza Zhahara III Shalahiddin wa Hakadza ‘Mat al-Quds (Beginilah Generasi Shalahuddin Lahir dan Beginilah Palestina Direbut kembali). Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Asep Sabari, Lc dan Amaluddin, MA dengan judul: Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang; Refleksi 50 Tahun Gerakan Dakwah Para Ulama untuk Membangkitkan Umat dan Merebut Palestina, Penerbit Kalam Aulia, Tabun 2007.

Dalam buku tersebut, Dr Majid al Kilani mengkritik metode penyajian kebangkitan umat oleh Nuruddin don Shalahuddin seperti di atas Menurutnya, metode tersebut justru mengaburkan persoalan paling mendasar yang ada pada umat, yang disebutnya sebagai penyakit penyakit sebenarnya yang diidap organ umat. Penyakit-penyakit internal inilah yang kelak melahirkan kondisi layak terpuruk dan kalah (a/-qabiliyyah li of takhalluf wa al hazimah). Dengan keberadaan penyakit penyakit yang menggerogoti ‘imunitas’ umat dari dalam, maka umat pun akhirnya menjadl lemah dan tidak kuat menahan serangan penyakit penyakit dari luar.

Alhasil, meski metode penyajian tersebut dapat mengangkat semangat juang (hamas, ghayroh) kaum Muslim, namun pada hakikatnya malah menempatkan persoalan amat jauh dari kata mungkin untuk dapat diselesaikan. Karena umat yang kondisi internalnya lemah, tidak akan pernah berhasil menahan bahaya dan menyelesaikan persoalan yang datang dari luar. Langkah pertama yang dapat dilakukan dalam kondisi lemah tentu adalah mengobati penyakit internal itu sendiri. Sehingga setelah sehat, baru dapat berjuang mengatasi penyakit dari luar dan mengubah sesuatu yang mustahil menjadi mungkin.

Sisi lain yang patut dikritik dari metode penyajian tersebut, adalah isi lebih mengarahkan umat pada pola perjuangan individual dan mengandalkan kekuatan figur semata. la jauh dari pola kerja kolektif (al-‘amal al-jama’i) yang melibatkan seluruh unsur umat. Metode penyajian membangun persepsi bahwa tanggung jawab kebangkitan umat berada di pundak para pemimpin dan elit, sehingga merekalah yang secara sepihak menyusun strategi dan mengarahkan umat. Cara ini selain dalam tataran pelaksanaannya akan sangat sulit, jaga tidak membangun kesadaran kolektif pada diri umat bahwa mereka jaga ikut terlibat dan bertanggang jawab atas kebangkitan yang diharapkan.

Untuk itu, Dr. Majid al-Kilani, melalui penelitiannya yang sangat serius terhadap literatar- literatur sejarah dan pendukungnya yang mendokamentasikan periode tersebut, meyakinkan bahwa pada mulanya, Shalahaddin al-Ayyubi tidak lebih dari ‘bahan baku’ dari sebuah generasi baru. Generasi ini telah melalui proses perubahan unsar-unsur yang terkandung dalam al- anfus (internal), seperti pemikiran, persepsi, nilai, tradisi, dsb. Proses perubahan inilah yang kemudian menyiapkan mereka pada posisi-posisi yang sesuai dengan potensi masing- masing. Maka sebagai akibatnya, terjadilah perubahan eksternal yang mengejawantah dalam aspek politik, ekonomi, militer, dll, sehingga segala aktivitas mereka menjadi terarah dan tepat.

Pendekatan Dr. Majid al-Kilani dalam menyajlkan fenomena kebangkitan Islam di masa Shalahuddin, tampak seperti sedang merangkai mata rantai sejarah dalam satu rangkaian yang utuh. Setiap fakta sejarah saling melengkapi sehingga dapat memberi jawaban kausalitas atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa itu. Oleh karenanya, kita dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada umat Islam sehingga mengalami keterpurakan yang sangat dahsyat sebelum Perang Salib? Keterpurakan yang mengakibatkan pasukan Eropa tersebut dengan mudah menjajah wilayah Islam di saat Khilafah masih berdiri tegak di Baghdad. Lantas, apa yang terjadi pada masa masa berikutnya, sikap, reaksi, dan perabahan, yang kemudian membangkitkan umat yang tampak dengan munculnya sosok-sosok seperti Nuruddin Zanki dan Shalahuddin al Ayyubi? Siapakah tokoh tokoh yang berperan dalam perubahan, tersebut? Apa saja hal yang dirubah dan begaimana proses perubahan itu berjalan?

Sekelumit pertanyaan itulah yang coba di jawab Dr Majid al Kilani dalam buku fenomenalnya tersebut. Buku yang sangat inspiratif dan membuka harapan umat untuk menemukan jalan kebangkitan kembali.Di sisi lain, buku ini juga tampaknya,cukup mengkhawatirkan pihak-pihak yang tidak menginginkan kebangkitan amat Islam. Dr. Al-Kilani sendiri mengungkapkan hal ini dalam muakidamah berikut,

“Saya diberitahu oleh seseorang yang menonton acara pada sebuah kanal televisi Israel, bahwa dalam acara tersebut beberapa pakar dari Israel membedah baka tersebat (Hakadza…, pen) dengan bahasa Ibrani selama satu jam penuh. Mereka menyimpulkan bahwa buku tersebut berbahaya karena dapat menumbuhkan semangat juang islami, sehingga secara mendesak harus dilakakan langkah melawan fenomena kesadaran dunia Islam dengan dalih melawan terorisme, dan lain-lain.” (hlm. 19)

Filosofi Sejarah

Kekuatan kajian Dr. al Kilani dalam bukunya terletak pada kaedah-kaedah dasar pemahaman sejarah (flqh at-tarikh) yang ia sebut filosofi sejarah. Kaedah-kaedah merupakan hasil analisa fenomena sejarah dan nash wahyu. Menurutnya ada dua kaedah dasar yang menjadi pedoman metodologis kajian yang dilakukannya dalam ‘membaca’ fenomena kebangkitan generasi Shalahuddin ini. Berikut pemaparannya,

1. Setiap masyarakat terdiri dari tiga unsur: pemikiran, individu, dan benda.

Suatu masyarakat akan berada pada kondisi sehat dan baik, apabila individu dan benda bergerak pada poros pemikiran yang benar.

Suatu masyarakat akan sakit, apabila pemlkiran dan benda bergerak pada poros lndividu. Suatu masyarakat akan mengalami sekarat dan mati, apabila pemikiran dan individu bergerak pada poros benda.

Kaedah ini dibahas lebih lanjut oleh Dr. al-Kllani dalam buku lain berjudul al-Ummah al- Muslimah dan Ahdaf at-Tarbiyah al Islamiyah.

2. Perilaku manusia (as-suluk al-insani) merupakan gabungan dari niat dan gerak qashd wal harakah).

Niat menejawantah pada pikiran dan kehendak. Sedang gerak mengejawantah pada tindakan praktis. Tiga unsur perilaku manusia tersebut membentuk rangkaian yang saling mempengaruhi.

Bermula dari domain pemikiran yang kemudian melahirkan kehendak, dan berakhir pada tindakan praktis yang berlaku di luar organ tubuh manusia.

Berdasarkan kaedah di atas, kita dapat menelusuri setiap fenomena masyarakat dengan tepat. Bahwa semua fenomena tersebut bermula dari konten-konten pemikiran yang melahirkan tujuan. Tahap berikutnya adalah kecenderungan-kecenderungan diri yang mengarahkan kehendak. 

Dan berakhir pada tindakan-tindakan praktis yang melahirkan karya-karya yang maju atau terbelakang, dalam segala bidang kehidupan.

Ketika berbicara tentang perubahan yang terjadi pada fenomena social, al-Qur’an menggambarkan tatanan perilaku manusia dan masyarakat yang sama persis seperti di atas. .

Perubahan positif suatu masyarakat digambarkan Allah SWT dalam firman-Nya,

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka ‘ (QS Ar-Ra ad 11)

Sedangkan perubahan negative suatu masyarakat dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya

“Demikianlah, Allah tidak mengubah nikmat yang diberikan-Nya kepada suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS. Al-Anfal: 53).

Pandangan filosofis tentang lahirnya fenomena social dan sejarah ini juga sesuai dengan hadis Rasulullah saw yang cukup masyhur,

“Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat organ sebesar mudhghah. Apabila la balk maka organ seluruh tubuh menjadi balk dan jika ia rusak maka seluruh tubuh menjadi rusak. Ketahuilah, benda tersebut adalah qalb.” (HR. Muslim)

Qalb yang sering diartikan hati memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan pemikiran dan kehendak. Dua kekuatan ini bergabung dalam membentuk rangkaian perilaku, yaitu pemikiran dan kehendak, sebelum melahirkan mata rantai terakhir berupa tindakan praktis yang dilakukan oleh organ-organ tubuh yang bersifat lahir.

Sunnah (Qanun) Perubahan

Dengan berpedoman pada penjelasan ayat-ayat al-Qur’an di atas, suatu perubahan tidak akan terjadi kecuali bila diarahkan melalui sunnah-sunnah perubahan yang sama. Penjelasan sunnah-sunnah perubahan tersebut seperti berikut,

1. Perubahan bermula pada konten diri manusia (ma bil anfus), lalu beralih pada perubahan bidang-bidang social, ekonomi, politik, militer, pemerintahan, dan bidang-bidang eksternal lainnya.

Konten diri manusia (ma bil anfus) memiliki ruang lingkup pemaknaan yang luas. la mencakup pemikiran, nilai, budaya, kecenderungan, tradisi, dll. Juga mencakup pandangan manusia terhadap alam asal, alam raga, kehidupan, dan alam akhirat. Juga mencakup semacam orientasi hidup manusia, apakah hanya terbatas pada keinginan untuk bertahan (survive) secara fisik dan materi, seperti pernikahan, makanan, pakaian, dan tempat tinggal, atau memiliki menghendaki taraf hidup manusia yang lebih luhur, seperti rasa aman, penghargaan, keadilan, dan ihsan.

2. Perubahan menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk tidak akan terjadi kecuali apabila masyarakat secara kolektif (al-qaum) dan bukan individu-individu mengubah konten yang ada pada diri mereka (ma bil anfus). Dampak perubahan kolektif Ini akan terlihat pada kondisi yang dialami masyarakat berupa kondisi politik, social, ekonomi, militer, dll, sebesar kadar perubahan yang terjadi pada konten diri mereka (ma bil anfus).

3. Perubahan yang positif dan efektif akan terjadi apabila masyarakat secara kolektif (al-qaum) sadar dan mulai mengubah apa yang ada dalam diri mereka (ma bi anfusihim) Jika mereka sukses melakukan perubahan yang berdimensi pendidikan dan pemikiran ini, maka perubahan yang positif dan efektif juga akan terjadi pada aspek ekonomi, politik, social, militer, dst-

Agar dapat memahami karakter perubahan seperti di atas dan cara menggunakan sunnah- sunnahnya maka harus memenuhi dua syarat penting, yaitu menguasai sepenuhnya pengetahuan tentang rangkaian perilaku yang melahirkan fenomena social (al-ihathah al- kamilah) dan mendalami setiap detail dan konstruknya (ar-rusukh).

Mengingat unsur-unsur fenomena social yang menjadi topik pembahasan buku ini, juga lainnya, terserak dalam literatur-literatur sejarah, maka seorang peneliti sejarah harus melakukan konstruksi ulang fenomena tersebut sesuai dengan pandangan terhadap rangkaian perilaku manusia dan sunnah-sunnah perubahan yang telah dipaparkan di atas.

Dengan berpedoman pada filosofi sejarah ini dalam mengkaji fakta-fakta dan seluk-beluk peristiwa sejarah, maka akan melahirkan kesimpulan dasar seperti berikut:

1. Dalam konteks sejarah Islam, umat menjadi kuat dan hebat ketika terjadi perpaduan dua unsur, yaitu ikhlas dan tepat.

lkhlas dalam tataran kehendak dan tepat dalam tataran pemikiran dan tindakan.

Jika salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi atau malah keduanya, atau satu sama lain saling bertentangan maka segala bentuk jerih payah dan pengorbanan yang dilakukan oleh umat tidak menghasilkan karya yang berarti dan menjadi sia-sia-

2. Dalam konteks sejarah secara umum, baik Islam maupun bukan, fakta menunjukkan bahwa ketika jaringan interaksi social dibangun berdasarkan loyalitas penuh kepada pemikiran (afkar ar-risalah) yang menjadi landasan ideologis dan sebab eksistensinya, maka setiap orang yang ada dalam masyarakat tersebut hidup dengan terlindungi dan dihargai, baik ketika masih hidup maupun setelah mati. 

Apabila terjadi perselisihan dan perbedaan maka potensi konflik diarahkan ke luar mereka, sementara mereka sendiri tetap bersatu dan produktif.

3. Sebaliknya,ketika jaringan interaksi social dibangun berdasarkan loyalitas kepada individu atau kelompok atau mazhab, dll, sesuai dengan kaedah bergerak di dalam poros individu dan benda, maka manusia menjadi unsur yang paling tidak berharga baik di dalam masyarakat itu sendiri maupun di luarnya. 

setiap konflik akan berputar di dalam masyarakat tersebut sehingga perpecahan tidak dapat dihindari, setiap kelompok berusaha menghancurkan kelompok lain. 

Alhasil, aroma kelemahan masyarakat tersebut akan merebak ke luar dan mengundang selera pihak-pihak luar untuk melumatnya

Demikianlah garis-garis besar ‘filosofi sejarah’ yang menjadi pedoman kapan dalam buku Hakadza Zhahara Shalahuddin wa Hakadza Adat al-Quds Dengan berpedoman pada filosofoi sejarah tersebut maka kajian dalarn buku memiliki dua Karakteristik:

1. Pertama, al-ihathah al-kamilah: mencakup secara luas rangkaian peristiwa sejarah dan kerangka umum fenomena ‘Generasi Shalahuddin.’

2. Kedua, ar-rusukh: memaparkan secara mendalam detail proses perubahan yang melahirkan generasi Shalahuddin, berikut klasifikasinya- Lalu merekonstruksi fakta-fakta fenomena sejarah tersebut sehingga menjadikannya utuh dan seakan hidup kembali.

 *


Xxxx

Xxxx

Xxxx

Xxxx

Xxxx

Xxxx

Xxxx

Xxxx

Xxxx

xxx

xxx

Xxxx

Xxxx

xxx

Xxxx


Kamis, 17 September 2020

Mereka yang Dianggap Gila, Tapi Justru Para Pencetak Sejarah

GMT or UTC


Mecca


Surabaya


klik qibla finder

Rasulullah SAW termasuk mereka yang pernah dianggap gila.

Senin , 12 Aug 2019, 12:02 WIB

klik Republika

Surat 2 Al-Baqarah ayat 138

صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ


Artinya : Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.


REPUBLIKA.CO.ID, Dianggap gila, padahal tidak? Tentu hal semacam itu sangat tidak mengenakkan, namun pada faktanya pernah terjadi.

Dalam karya Abu al-Qasim an-Naisaburi berjudul Uqala al-Majanin (Kebijaksanaan Orang-Orang Gila), terungkap beberapa tokoh yang pernah mengalami hal tersebut. 

Karya Abu al-Qasim ini di satu sisi membela orang-orang yang dianggap gila dengan menunjukkan ketidakgilaan mereka. Di sisi lain, kitab ini juga memberikan krtirik tajam untuk kegilaan dan kedunguan.

Rabu, 18 Desember 2019

Ustad KH Ahmad Khatib Al Minangkabawi

Oleh : Lutfy Kholil - 2 November 2017

klik Narasumber

A. Sejarah Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi

Nama lengkapnya adalah Ahmad Khatib bin ‘Abd Al-Lathif Al-Minangkabawi asy-Syafi’i adalah turunan dari seorang hakim golongan Padri yang “benar-benar” anti penjajahan Belanda. Ia dilahirkan di Kota Gedang Bukittinggi, Sumatra Barat pada hari Senin 6 Dzulhijjah tahun 1276 H oleh ibu bernama Limbak Urai. Limbak Urai adalah saudara dari Muhammad Shaleh Datuk Bagindo, Laras, Kepala Nagari Ampek Angkek yang berasal dari Koto Tuo Balaigurah, Kecamatan Ampek Angkek Candung.

Ahmad Khatib Al-Minang Kabauwi merupakan ulama Nusantara satu-satunya menduduki jabatan sebagai Imam, Khatib, sekaligus Guru Besar di masjid haram serta menjadi mufti Mazhab Syafi’i di Mekkah.

Minggu, 15 September 2019

100 Tokoh Islam yang Mengubah Sejarah


Ilmu Pengetahuan dan kecanggihan teknologi tanpa didasari dengan Ilmu Agama (tauhid, akidah, dan akhlak) akan berbanding lurus dengan kebejatan moral.

klik Resensi Google

Judul : 100 Tokoh Islam yang Mengubah Sejarah

Penulis : Jihad At-Turbani

Penerbit : Aqwam



Rabu, 05 Juni 2019

Senin, 03 Juni 2019

Masjid Ji'ranah

Bagaikan mengurai benang yang sudah dipintal dengan rapi dan kuat.

Asal nama Ji'ranah sendiri sebenarnya adalah nama seorang perempuan yang sehari-harinya bekerja mengabdikan dirinya untuk merawat, membersihkan dan menjaga masjid tersebut. Ia seorang perempuan Quraisy dari Bani Tim. Selain dikenal dengan nama Ji'ranah, konon ia pun punya nama yang lain, yakni Raithah.

Allah SWT bahkan menggambarkan perempuan ini dalam surat (16) An Nahl ayat 92.

(Dikutip dari buku sejarah lengkap kota Makkah dan Madinah, karya ustadz Abdul Hadi Zakaria. Penerbit : Diva Press, Jl. Wonosari, Baturetno, Banguntapan, Yogyakarta hal 134).

atlas Al Qur'an

) 86616179 / 0817151522


081715152

penerbit Al Mahira

klik versi bahasa Arab 80 Mb

Membaca kitab Atlas Al Qur'an, sebisanya didampingi oleh para ustadz/ustadzah agar kita bisa mendapatkan terjemahan dan penjelasan yang tepat.

Bisa juga dengan didampingi kitab terjemahan/tafsir Al Qur'an seperti tafsir Jalalain, tafsir Al Azhar - Prof. Hamka, tafsir Thabari, tafsir Ibnu Katsir dll.

Minggu, 02 Juni 2019

kitab Tarikh Islam terjemahan Bahasa Indonesia

1. Tarikh Ath Thabari versi bahasa Indonesia, harga Rp. 760 ribu/belum termasuk ongkos kirim.

klik Pustaka Azzam

2. Tarikh Ibnu Katsir versi bahasa Indonesia, harga Rp. 160 ribu/belum termasuk ongkos kirim. (Kisah Nabi Adam AS s/d Nabi Isa AS).

NB : mohon maaf, membaca tarikh Ibnu Katsir harus teliti, karena tarikh Ibnu Katsir juga memuat kisah2 israiliyat.

klik Pustaka Azzam

3. Atau klik Tokopedia

Sabtu, 01 Juni 2019

Rihlat Ibnu Batuta

Sothebys

Ibn Battuta (d.1377), Tuhfat an-nuzzar fi ghara'ib al-amsar wa 'aja'ib asfar, a volume from The Travels, North Africa, 17th century

Auction Closed : October 27, 10:41 PM WIB

Estimate : 30,000 - 50,000 GBP

klik Tuhfat al-Nuzzhar fi Ghara’ib al-Amshar wa ’Aja’ib al-Asfar (Persembahan Seorang Pengamat tentang Kota-kota Asing dan Perjalanan yang Mengagumkan) ditulis oleh Ibnu Juzay, juru tulis Sultan Maroko, Abu ‘Inan. 

Description

Arabic manuscript on paper, 157 leaves plus 5 fly-leaves, 25 lines to the page, written in Maghribi script in brown ink, important words in red and brown ink, in brown morocco binding with gilt-tooled and stamped decoration, with flap

26.9 by 19cm.

Selasa, 14 Mei 2019

Fir'aun, Hamman dan Menara Langit

Sunday, 01 Sep 2013 12:06 WIB

Oleh Afriza Hanifa

klik Republika

klik Tarikh Islam

Istana Fir'aun terguncang hebat. Sang raja dikalahkan begitu saja oleh pemuda belia bernama Musa. Tipu dayanya memanggil para ahli sihir dari penjuru negeri Mesir berakhir kekalahan. Alih-alih mengalahkan Musa, para penyihir malah tertunduk sujud menyembah Tuhan Musa dan enggan lagi menuhankan Fir'aun.

Kamis, 02 Mei 2019

kisah Abdullah bin Salam dalam surat Al Baqarah ayat 256



Al Baqarah (2) ayat 256

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ  قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ (٢٥٦)

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Rabu, 01 Mei 2019

Mengapa Daging Ulama Diibaratkan Beracun ?

Surat Ali ‘Imran (3) Ayat 21

klik Tafsir web

 إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ 

Arti: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih.

Selasa, 23 April 2019

Kamis, 11 April 2019

permintaan manusia untuk hidup kekal abadi

Al Ankabut (29) : 57

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ (٥٧)

Senin, 04 Maret 2019

Sabtu, 26 Januari 2019

imam Bukhari 2

Sejarah Karya Monumental Imam Bukhari

Rabu, 17 Jan 2018 18:00 WIB

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/01/17/p2ozv2313-sejarah-karya-monumental-imam-bukhari

Nama lengkapnya adalah adalah Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al-Mugirah bin Bardizbah al-Bukhari. Sosok yang biasa disebut Imam Bukhari itu adalah `Sang Penjaga Hadis'. Karya monumentalnya al-Jami' as- Shahih didaulat sebagai karya otoritatif di bidang hadis. Talaqathu al-ummah bi al- qabul, para ulama sepakat menjadikan karya al-Bukhari tersebut sebagai rujukan utama bidang hadis.

Mengutip Ensiklopedi Islam 1, tokoh kelahiran Bukhara (kini Uzbekistan), 13 Syawal 194 H atau 21 Juli 810 M itu, berasal dari keluarga intelektual Persia. Ayahnya merupakan seorang ahli fikih mazhab Maliki, tetapi wafat ketika Imam Bukhari masih bayi. Dalam usia 10 tahun, Imam Bukhari telah belajar ilmu hadis kepada ulama hadis termasyhur, ad-Dakhili.

Hanya satu tahun berselang, kepandaian Imam Bukhari mengungguli para murid lainnya. Ketika berusia 11 tahun, Imam Bukhari bahkan sempat mengoreksi kekeliruan gurunya, ad-Dakhili, mengenai jenjang periwayatan suatu hadis. Sang guru pun mengakui kekeliruannya. Sejak usia dini, Imam Bukhari, bahkan telah menghafal hadis-hadis yang termuat dalam kitab Ibnu Mubarak dan Waki'al al-Jarrah.

Pada usia 16 tahun, Imam Bukhari pergi ke Baitullah untuk menunaikan haji sekaligus mengawali perjalanan sepanjang hayat menempuh studi hadis. Imam Bukhari wafat dalam usia 60 tahun pada 30 Ramadhan 256 H atau 31 Agustus 870 M di wilayah Samarkand.

Karya monumental Imam Bukhari ialah al-Jami' as-Shahih atau dikenal pula sebagai Shahih Bukhari. Kitab ini merupakan hasil kerja keras Imam Bukhari yang telah menemui langsung sebanyak 1.080 ahli hadis.

imam Bukhari 1

Mengenal Imam Bukhari

Saturday, 12 Aug 2017 20:03 WIB

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/08/12/oukpm4313-mengenal-imam-bukhari

Bulan Syawal menjadi momentum beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam. Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah RA terjadi di bulan Syawal. Beberapa peperangan, seperti Khandaq, Uhud, dan Hunain, juga terjadi di bulan ini.

Salah satu tonggak bersejarah lainnya dalam bulan Syawal adalah kelahiran imam besar dalam bidang hadis. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari atau yang terkenal dengan sebutan Imam Bukhari lahir di bulan Syawal.

Sang Imam lahir tepatnya pada 13 Syawal 194 H di Bukhara, sebuah daerah di tepi Sungai Jihun,  Uzbekistan. Ayahnya, Ismail, adalah seorang ulama yang saleh. Bukhara, yang juga disebut sebagai daerah Ma Wara an-Nahr, memang banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan Muslim.

Selain Imam Bukhari, beberapa ulama yang lahir di Bukhara adalah Abdul Rahim bin Ahmad al-Bukhari dan Abu Hafs al-Bukhari. Imam Bukhari lahir dengan lingkungan yang memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Sejak kecil, Imam Bukhari sudah menunjukkan bakat-bakat kecerdasan.

Ketajaman ingatan dan hafalannya melebihi anak-anak seusianya. Saat berusia 10 tahun, Imam Bukhari berguru kepada ad-Dakhili, seorang ulama ahli hadis. Sang Imam tidak pernah absen belajar hadis dari gurunya itu. 

Setahun kemudian ia mulai menghafal hadis Nabi SAW. Saat itu ia sudah ditunjuk untuk mengoreksi beberapa kesalahan penghafalan matan maupun rawi dalam sebuah hadis yang diucapkan gurunya. Pada usia 16 tahun ia sudah mengkhatamkan hafalan hadis-hadis di dalam kitab karangan Waki al-Jarrah dan Ibnu Mubarak.

Imam Bukhari tak berhenti hanya belajar pada satu guru saja. Siapa pun dia jika dipandang memiliki kapasitas dalam sebuah hadis akan dijadikan guru meski orang tersebut adalah temannya sendiri. Imam Bukhari disebut memiliki lebih dari seribu guru. Ia sendiri pernah berujar bahwa kitab fenomenalnya, Jami'as as-Sahih, dikumpulkan dari menemui lebih dari 1.080 guru pakar hadis.

Pengarang Fathur Bari, sebuah kitab yang mensyarah Sahih Bukhari, Ibnu Hajar al-Asqalani mengungkapkan, guru-guru Imam Bukhari bisa dibagi menjadi lima tingkatan. Mulai dari para tabiin hingga kawan-kawan seangkatan yang bersama-sama menimba ilmu hadis.

Imam Bukhari dikenal sangat objektif dalam memberi penilaian terhadap para gurunya itu.  Penilaian ini dimaksudkan untuk menentukan dapat diterima atau tidak sebuah hadis yang ia dapatkan.

Imam Bukhari terkenal gigih dalam memburu sebuah hadis. Jika ia mendengar sebuah hadis, maka ia ingin mendapat keterangan tentang hadis itu secara lengkap. Ia harus bertemu sendiri dengan orang yang meriwayatkan hadis tersebut. Dalam mengumpulkan hadis-hadis itu, Imam Bukhari melanglang buana mulai daerah Syam, Mesir, Aljazair, Basra, menetap di Makkah dan Madinah selama enam tahun, Kufah, dan Baghdad. Tak jarang beliau bolak-balik ke tempat tersebut karena mendapati keterangan baru atau hadis baru.

Perjalanan panjang itu akhirnya membuat sang Imam dapat mengumpulkan sedikitnya 600 ribu hadis. Dari angka tersebut, 300 ribu di antaranya dihafal. Hadis-hadis yang dihafal itu terdiri dari 200 ribu hadis tidak sahih dan 100 ribu hadis sahih.

Jumlah yang banyak itu tidak lantas dimasukkan semua dalam Sahih Bukhari. Dari 100 ribu hadis yang  sahih, ia hanya mencantumkan 7.275 hadis dalam kitab tersebut. Jumlah ini diseleksi dengan metode yang sangat ketat. Karena itu, tak mengherankan jika para ulama menempatkan Sahih Bukhari sebagai kitab pertama dalam urutan kitab-kitab hadis yang muktabar.

Selama hidup, selain Jami'as as-Sahih, Imam Bukhari juga menulis kitab-kitab lain seperti Tarikh as-Sagir, Asami as-Sahabah, al-Kuna, dan al-'Illal yang kesemuanya membahas tentang hadis.

imam Ath Thabari 5

Karya-Karya ath-Thabari yang Fenomenal

Red: Agung Sasongko

Ahad, 05 Nov 2017 07:00 WIB

https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/11/05/oyx1t0313-karyakarya-aththabari-yang-fenomenal

Kepakaran Ibnu ath-Thabari dalam bidang tafsir dan fikih atau hukum tidak diragukan lagi. Ia merupakan salah satu tokoh yang diakui dan dikenal sebagai rujukan. Karya-karyanya pun masih dijadikan referensi penting di dunia akademis hingga saat ini.   

Ketokohan ilmuan Muslim kelahiran 225 H/839 M di Amul, Tabaristen, Iran, ini dalam bidang tafsir dan fikih membuat pemerintah pusat di Iran, pada saat itu, menunjuknya sebagai hakim.

Namun, permintaan tersebut ditolak. Sebelumnya penolakan juga pernah ia lakukan terhadap pemerintah daerah yang menawarinya sebagai hakim. Tawaran dari pemerintah pusat dan daerah ia tolak bukan tanpa alasan. Karena, Ibnu at-Tabari ingin konsentrasi mengajar dan menyelesaikan tulisan-tulisannya. 

Salah seorang murid Ibnu ath-Thabari, yaitu Ibnu Kumail, menyampaikan, dalam satu hari Sang Guru sanggup menulis 40 halaman karya ilmiah. Sebagian besar waktu ath-Thabari digunakan untuk menulis. Berikut karya-karya Ibnu ath-Thabari yang menjadi sumbangsih berharga untuk dunia Islam:  

Tarikh ath-Thabari

Tak hanya di bidang fikih dan tafsir, ath-Thabari juga memiliki karya di bidang sejarah. Di antara karya sejarahnya yang sangat populer adalah Tarikh ar-Ruslu wa al-Muluk atau dikenal dengan nama Tarikh ath-Thabari. 

Kitab tersebut dianggap sebagai salah satu kitab sejarah Islam terlengkap. Dalam kitab itu banyak ditemukan informasi yang tidak pernah ditulis oleh sejarawan sebelumnya. Isi kitab terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi sejarah Arab, Persia, dan Roma sebelum Islam.  

Jami' al-Bayan 

Kitab lain yang juga populer, terutama setelah ia meninggal dalam usia 85 tahun, tepatnya pada 310 H/923 M adalah Jami al-Bayan fi Tafsir Alquran. Kitab tersebut berorientasi pada tafsir hukum (fikih) dan penemuan-penemuan hukum akidah.  

Materi dan rujukan utama dari kitab tersebut ia kutip dari dari Alquran, hadis, dan ijtihad sahabat. Sampai sekarang kitab ini menjadi bahan untuk menggali beberapa kenyataan dalam filologi.   

Ikhtilaf al-Fuqaha

x

MASUK REGISTER

Sabtu,20 Jumadil Awwal 1440 / 26 Januari 2019

HomeIhram.co.idGerai RepublikaJadwal Shalat

News

Politik

Hukum

Pendidikan

Umum

Nusantara

Jabodetabek

News Analysis

Sang Pencerah

UBSI

Telko Highlight

Indonesia Berdaya

Khazanah

Indonesia

Dunia

Mozaik

Filantropi

Hikmah

Islam Digest

Mualaf

Fatwa

Rumah Zakat

Internasional

Timur Tengah

Palestina

Eropa

Amerika

Asia

Afrika

Jejak Waktu

Australia Plus

Ekonomi

Digital

Syariah

Bisnis

Finansial

Migas

Pertanian

Global

Energi

Desa Bangkit

Properti

Republikbola

Bola Nasional

Liga Inggris

Liga Spanyol

Liga Italia

Liga Dunia

Internasional

Free Kick

Arena

Leisure

Gaya Hidup

Travelling

Kuliner

Parenting

Health

Senggang

Ototek

Kolom

Resonansi

Analisis

Fokus

Selarung

Sastra

Infografis

Breaking

Sport

Tips

Republika TV

Berita

Stokshot

Bincang

ROLExplore

Ototekno

Republikustik

Info37

IMPRESI

Indeks

Lainnya

In Pictures

English

Infografis

About UsContact UsDari RedaksiPedoman SiberKarir


HOME



KHAZANAH



INDONESIA



DUNIA



MOZAIK



FILANTROPI



HIKMAH



ISLAM DIGEST



MUALAF



FATWA



RUMAH ZAKAT

HOME



DUNIA ISLAM



ISLAM DIGEST

Ahad, 05 Nov 2017 07:00 WIB

Karya-Karya ath-Thabari yang Fenomenal

Red: Agung Sasongko



Rep: c62

    

00

2

Metaexistence.org


Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepakaran Ibnu ath-Thabari dalam bidang tafsir dan fikih atau hukum tidak diragukan lagi. Ia merupakan salah satu tokoh yang diakui dan dikenal sebagai rujukan. Karya-karyanya pun masih dijadikan referensi penting di dunia akademis hingga saat ini.   

Ketokohan ilmuan Muslim kelahiran 225 H/839 M di Amul, Tabaristen, Iran, ini dalam bidang tafsir dan fikih membuat pemerintah pusat di Iran, pada saat itu, menunjuknya sebagai hakim.

ADVERTISEMENT

Namun, permintaan tersebut ditolak. Sebelumnya penolakan juga pernah ia lakukan terhadap pemerintah daerah yang menawarinya sebagai hakim. Tawaran dari pemerintah pusat dan daerah ia tolak bukan tanpa alasan. Karena, Ibnu at-Tabari ingin konsentrasi mengajar dan menyelesaikan tulisan-tulisannya. 

Salah seorang murid Ibnu ath-Thabari, yaitu Ibnu Kumail, menyampaikan, dalam satu hari Sang Guru sanggup menulis 40 halaman karya ilmiah. Sebagian besar waktu ath-Thabari digunakan untuk menulis. Berikut karya-karya Ibnu ath-Thabari yang menjadi sumbangsih berharga untuk dunia Islam:  

Tarikh ath-Thabari

Tak hanya di bidang fikih dan tafsir, ath-Thabari juga memiliki karya di bidang sejarah. Di antara karya sejarahnya yang sangat populer adalah Tarikh ar-Ruslu wa al-Muluk atau dikenal dengan nama Tarikh ath-Thabari. 

Kitab tersebut dianggap sebagai salah satu kitab sejarah Islam terlengkap. Dalam kitab itu banyak ditemukan informasi yang tidak pernah ditulis oleh sejarawan sebelumnya. Isi kitab terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi sejarah Arab, Persia, dan Roma sebelum Islam.  

Jami' al-Bayan 

Kitab lain yang juga populer, terutama setelah ia meninggal dalam usia 85 tahun, tepatnya pada 310 H/923 M adalah Jami al-Bayan fi Tafsir Alquran. Kitab tersebut berorientasi pada tafsir hukum (fikih) dan penemuan-penemuan hukum akidah.  

Materi dan rujukan utama dari kitab tersebut ia kutip dari dari Alquran, hadis, dan ijtihad sahabat. Sampai sekarang kitab ini menjadi bahan untuk menggali beberapa kenyataan dalam filologi.   

Ikhtilaf al-Fuqaha

Selain menulis kitab Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk dan Jami al-Bayan, Ibnu ath-Thabari juga tekenal sebagai ilmuan yang menulis kitab Ikhtilaf al-Fuqaha atau perbedaan pendapat para ulama.

Kitab ini sebagai bentuk kepeduliannya terhadap kerukunan antarumat Islam yang berilmu. Karena untuk mendapat ilmu agama Islam terdapat beberapa mazhab sehingga kitab ini perlu ia buat sebagai pedoman dan acuan mengambil jalan tengah antara ulama yang berbeda pendapat.n