klik sayangi bumi maka akan disayang langitan

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

(HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

*

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

surat (30) ar rum ayat 41

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (٤١)

surat (5) al maa'idah ayat 32

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ (٣٢)

surat 4 An Nisa' ayat 114

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلٰحٍۢ بَيْنَ النَّاسِ  ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

surat 3 Āli 'Imrān ayat 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

*

klik nasehat

klik emak

*
Tampilkan postingan dengan label ilmu falak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu falak. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Januari 2020

Teleskop Gelombang Radio Pemersatu Umat

note :

jika matahari dan bulan tertutup mendung, maka teleskop radio memungkinkan untuk pengamatan ketimbang teleskop konvensional.

Salam hormat kepada para ustad dan ustadzah yang pandangan2nya bisa menembus hijab seperti teleskop radio ini.

Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Surat 24 An-Nuur ayat 35


Selasa, 04 Juni 2019

Hadist Qudsi No.11 Yang Baik Di Tangan اَللّهُ

Firman Allah swt. dalam Hadits Qudsi :
" Sesungguhnya orang yang mengatakan : " Hujan telah turun kepada kita karena adanya bintang anu' dan bintang anu'." Sebenarnya orang itu telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang yang disebutnya.

Dan orang-orang yang mengatakan : " Sesungguhnya Allah telah menyiramkan air hujan kepadaku", sebenarnya orang itu telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang yang disebutnya." ( HQR Thabarani di dalam kitab Al-Ausath yang bersumber dari Ibnu Mas'ud r.a.)

klik Salam Lestari

klik Astronomi 600 Mb

klik Irsyadulfataa


Jumat, 26 Oktober 2018

istiwa aini sundial


Lihat postingan ini di Instagram
Istiwaaini merupakan instrumen karya dari Drs. KH. Slamet Hambali, M.SI seorang ahli ilmu falak dan dosen dari Universitas Islam Negeri Walisonggo di Semarang, Jawa Tengah. Beliau membuat instrumen ini sebagai alat bantu untuk pengakurasian arah kiblat yang akurat. Istiwaaini ini didesain dengan menyederhanakan teodolit yang merupakan alat untuk pengakurasian kiblat yang selama ini dianggap paling akurat. Theodolite sebagai alat ukur kiblat optik dinilai harganya terlalu mahal dan menyulitkan masyarakat dalam penggunaannya, maka beliau menbuat alat non optik yang diberi nama Istiwaaini, instrumen karya beliau ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat dalam menentukan arah kiblat dengan mudah dan biaya yang murah. Istiwaaini juga dapat digunakan dalam penentuan titik koordinat lintang dan bujur. Adapun komponen-komponen istiwaain adalah 2 tongkat istiwa, bidang dial, alas dial, tripod dan benang. Sistem kerja Istiwa’ain sama dengan Theodolite, yaitu dengan membidik matahari melalui tongkat istiwak yang berada di titik 0 derajat, kemudian ditarik benang dari tongkat istiwak di titik pusat ke arah bilangan, angka, derajat, dan menit sesuai selisih antara azimuth kiblat dan azimuth matahari. Sumber : OIF UMSU obsessionnews .com Wawancara KH Slamet Hambali oleh @allif_maghfiroh08 Gambar : Dokumentasi Pribadi Ikuti akun @ilmufalak.id untuk dapatkan pengetahuan dan informasi seputar Ilmu Falak. #ilmufalak #astronomy #astronomyfact #astronomi #islam #fiqh #info #indonesia #media
Sebuah kiriman dibagikan oleh Ilmu Falak Indonesia (@ilmufalak.id) pada



astrolabe acrylic


Lihat postingan ini di Instagram
Sebuah kiriman dibagikan oleh Mutoha Arkanuddin (@mutoha) pada

klik Google drive

tentang rubu mujayyab


klik Google drive


tentang sextant tamaya

Selasa, 09 Oktober 2018

pengingat waktu sholat

1. Tampilan Jadwal Waktu Sholat di Televisi

Perum Sembada Asri 80 Cebongan Tlogoadi, Mlati, Yogyakarta, Indonesia, 55284

klik map 

klik instagram 

klik linktree  

klik tokopedia 

klik bukalapak 










2. running Text jadwal Sholat

Bpk. Nasrullah ST









Rabu, 02 Mei 2018

astrofotografi

(24) An Nuur : 35

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ وَلا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٣٥)

35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

[1039] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.

[1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.

(66) At Tahrim : 8

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)

8. Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Senin, 05 Februari 2018

astronomi

Di era modern, kajian-kajian pada bidang astronomi Islam sejak kurun abad 19 M dan 20 M tampak mulai mengalami pertumbuhan signifikan, dimana beberapa kajian yang pernah dilakukan memberikan catatan informatif berharga bagi para peneliti pemula dan profesional.

Beberapa peneliti, yang sebagian besar berasal dari kalangan orientalis (Barat), sekali lagi telah memberikan sumbangan berharga bagi sejarah dan pemikiran astronomi Islam di era modern.

Beberapa tokoh yang telah berjasa itu berikut sumbangan penelitiannya antara lain: Sedillot (Prancis), Carlo Alfonso Nillino (Italia), David Antonio King (Amerika Serkat), Abdul Hamid Sabrah (Mesir), Edward S Kennedy (Amerika Serikat), Abbas Sulaiman (Mesir), George Saliba (Palestina-Libanon), Julio Samso (Spanyol), Aidin Sayli (Turki), dan lainnya.

Sedillot tercatat pernah menerjemahkan ke bahasa Prancis satu bagian khusus tentang alat-alat astronomi dari naskah berjudul “Jami’ al-Mabadi’ wa al-Ghayat fi ‘Ilm al-Miqat”(Koleksi Pokok dan Tujuan dalam Ilmu Mikat) karya Abu Ali al-Hasan bin Ali al-Marrakusyi (wafat setelah tahun 680/1281).

Berikutnya (tahun 2012 M) naskah ini diteliti (tahkik/dirasah) oleh Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar. Carlo Alfonso Nillino (Italia), karya terpentingnya adalah buku berjudul “’Ilm al-Falak Tarikhuhu ‘Inda al-‘Arab fi al-Qurun al-Wustha” (Ilmu Falak Sejarahnya di Kalangan Arab Abad Pertengahan). Buku ini terhitung sebagai buku terbaik yang mengulas sejarah dan pemikiran astronomi Islam abad pertengahan.

Nillino juga tercatat telah meneliti naskah tabel astronomi milik al-Battani berjudul az-Zaij ash-Shaby’ (Tabel Sabean) [diterbitkan di Roma (Italia) tahun 1899 M].

David A. King (Amerika Serikat), fokus kajiannya adalah naskah-naskah astronomi Islam (yang dikenal dengan ‘ilm al-miqat) pada era Dinasti Mamalik Mesir (1250 M-1517 M). Beberapa sumbangan terpentingnya dalam bidang sejarah dan pemikiran astronomi Islam adalah buku ensklopedik berjudul “In Synchrony with the Heavens” (Studies in Astronomical Timekeeping and Instrumentation in Medieval Islamic Civilization).

Bersama Kennedy, King tercatat pernah meneliti naskah berbentuk tabel-tabel astronomi milik Ibn Majdi (w. 850/1446) berjudul “ad-Durr al-Yatim”.

Abdul Hamid Sabrah (Mesir), kontribusi signifikannya adalah penelitian (tahkik) atas karya al-Hasan bin al-Haitsam (w. 430/1038) yang berjudul “asy-Syukuk ‘ala Bathlamius”. Buku ini memuat kritik konstruktif terhadap sejumlah kekeliruan Ptolemeus dalam sejumlah konsepsi dan teorinya tentang astronomi [diterbitkan oleh Dar al-Kutub al-Mishriyyah Mesir tahun 1971 M).

E.S. Kennedy (Amerika Serikat), satu diantara penelitian pentingnya adalah survei terhadap tabel-tabel astronomi (zij) abad pertengahan yang berjudul A Survey of Islamic Astronomical Tables”. Kennedy sendiri dikenal sebagai tokoh yang paling intens meneliti naskah-naskah astronomi karya astronom Muslim asal Suriah bernama Ibn Syathir (w. 777/1375).

Abbas Sulaiman (Mesir), nama lengkapnya Abbas Muhammad Hasan Sulaiman (saat ini guru besar Filsafat Islam dan Sejarah Sains Arab di Universitas Iskandariah, Mesir). Kontribusi dominan Abbas Sulaiman adalah penelitian (analisis) pada karya-karya astronomi Nashiruddin al-Thusi (w. 672/1273), direktur Observatorium Maragha.

Beberapa penelitian tahkik/dirasah Abbas Sulaiman terhadap karya-karya Nashiruddin al-Thusi adalah: 

1. “at-Tadzkirah fi al-Hai’ah” (Catatan Tentang Astronomi) [Dar Su’adash-Shabah, Kuwait, 1993],
2. “Mukhtashar fi Ma’rifah at-Taqawim” (Ringkasan Tentang Pengetahuan Penanggalan) [Dar al-Ma’rifah al-Jami’iyah, Iskandariah, 2009], 
3. Zubdah al-Idrak (Intisari Pengetahuan Astronomi) [Dar al-Ma’rifah al-Jami’iyah, Iskandariah, 1994], dan lain-lain.

Selain peneliti-peneliti ini, tentu masih ada sejumlah peneliti lagi yang memiliki kontribusi. Namun, betapapun telah banyak peneliti yang melakukan penelitian, fakta tak terbantah bahwa hingga kini mayoritas literatur-literatur manuskrip astronomi belum mendapat perhatian maksimal. Berbagai institusi dan lembaga penelitian, khususnya di dunia Arab, yang menyelenggarakan riset di bidang ini sejatinya belum mampu mengeksplorasi secara optimal naskah-naskah astronomi Islam yang melimpah ini.

Sebagai misal, al-Biruni (w. 440/1048) yang menulis lebih dari 150 karya, hanya sepertiga saja dari karya-karyanya yang masih tersisa. Selanjutnya hanya beberapa saja dari karya-karya astronominya yang telah ditelaah (tahkik/dirasah).

Padahal, dalam riset ilmiah al-Biruni adalah tokoh yang paling banyak dikaji. Adapun beberapa karya astronomi al-Biruni yang telah ditelaah (tahkik, dirasah, terjemah) antara lain: 

1. “al-Qanun al-Mas’udi fi al-Hai’ah wa an-Nujum” (diterbitkan oleh Da’irah al-Ma’arif al-‘Utsmaniyah, India),
2. “Isti’ab al-Wujuh al-Mumkinah fi Shan’ah al-Usthurlab” (ditahkik/dirasah oleh Hasan Zadah al-Amili)
3. dan “at-Tafhim li Awa’il Shina’ah at-Tanjim” (ditahkik oleh Dr. Ali Hasan Musa).

Sementara itu, tokoh-tokoh lainnya kurang beruntung dimana mereka dikenal nama dan sejumlah karyanya hanya melalui buku-buku bibliografi dan katalog-katalog naskah saja. Bahkan, tidak dipungkiri terdapat sejumlah (bahkan sangat banyak) tokoh yang nama-nama mereka tidak masuk dalam buku-buku bibliografi populer, namun mereka memiliki kontribusi dan pemikiran dalam bentuk karya tulis. Tentu mereka ini lebih tidak beruntung lagi.

Kenyataan lagi, bahwa sejumlah tokoh astronomi yang pernah dilakukan penelitian atasnya mendapat posisi istimewa karena secara sengaja atau tanpa sengaja karya-karya mereka pernah diteliti dan atau diterjemah ke bahasa modern (Eropa).

King mengungkapkan bahwa pada era Mamalik (1250 M-1517 M) ada sekitar 75 tokoh astronomi yang pernah eksis kala itu.  Namun dari sekian banyak tokoh itu hanya beberapa saja yang dikenal dan terdengar populer saat ini.

Karena itu, mengingat banyaknya tokoh-tokoh astronomi berikut karya-karya mereka yang belum terungkap, hal ini memberi konsekuensi kepada lembaga-lembaga penelitian dan institusi terkait untuk menggalakkan penelitian di bidang ini secara lebih serius, dengan tahapan dan perencanaan yang matang.

Belakangan, seiring semakin mudahnya akses naskah-naskah (manuskrip) astronomi, ada kecendrungan penelitian dilakukan oleh para pemula secara pribadi dan mandiri. Studi yang digeluti meliputi kajian tokoh dan analisis pemikiran.

Namun seperti dikemukakan Dallal, problematika yang dihadapi para peneliti pemula ini tidak lain terkait problem metodologis, dimana banyak kajian yang dilakukan secara acak dan tidak komprehensif menyebabkan hasil penelitian tidak maksimal, berikutnya tidak memberi kontribusi positif.

Menurut Rusydi Rasyid (seorang sejarawan matematika asal Mesir), penelitian di bidang sains idealnya dilakukan secara kolektif-komprehensif dan bahkan dalam skala internasional. Sains, yang diantaranya astronomi, tidak lain merupakan warisan kolektif berbagai peradaban yang pernah ada di permukaan bumi ini.

Ia merupakan akumulasi dari banyak sentuhan kebudayaan dan tradisi yang tidak mungkin disematkan kepada satu komunitas tertentu. Karena itu, adanya jaringan kerjasama internasional untuk kajian bidang ini akan mempercepat secara tepat pengeksplorasian khazanah astronomi Islam yang telah lama tersimpan ini. Menuju dan merealisasikan hal ini tentu tidak mudah, diperlukan rencana besar, rancangan besar, dan tentu saja biaya yang besar. Wallahu a’lam.

Medan, 27 Jumadi Akhir 1438/26 Maret 2017

Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar

Kepala Observatorium Ilmu Falak UMSU

Sumber Foto : Dokumen Museum Astronomi Islam