Meski telah memiliki banyak armada dan layanan kereta api, sampai saat ini untuk urusan kecepatan, PT KAI paling banter baru mampu menghadirkan kereta ‘tercepat’ di level kecepatan 120 km per jam, yang predikatnya dipegang oleh Argo Bromo Anggrek.
Kereta rute Gambir – Surabaya Pasar Turi ini dapat menempuh jarak 725 km dengan waktu 9,5 jam. Bila dirata-ratakan, kecepatan maksimal dari kereta kebanggaan Daop VIII Surabaya ini dapat menyentuh angka 120 km per jam.
Dalam roadmap-nya, PT KAI tidak mau ketinggalan trend soal kereta cepat, terbukti dengan datangnya kabar soal rencana proyek kereta api Trans Sulawesi yang dicanangkan menjadi kereta api tercepat di Indonesia. Mengapa demikian? Karena kereta Trans Sulawesi ditaksir dapat mencapai kecepatan maksimum hingga 200 km per jam. Rencananya, proyek ini akan rampung pada tahun 2017 ini.
Sembari menunggu realisasi kereta cepat PT KAI yang mampu mencapai 200 km per jam, PT KAI kini terus memodernisasi armada lokomotifnya, dan sebagai yang terbaru adalah lokomotif CC206.
Lokomotif diesel elektrik ini dibeli dari General Electric Transportation, Amerika Serikat. Rencana KAI untuk menambah armada lokomotif ini sebenarnya sudah muncul sejak tahun 2010, namun baru terealisasi pada tahun 2012. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 100 unit CC206 dipesan tanpa bogie.
Bogie atau kaki-kaki roda dirakit oleh PT. Barata Indonesia dimana nantinya akan dipasang di Balai Yasa Yogyakarta. Pembelian CC206 ini sebenarnya dilandasi oleh PT. KAI yang menginginkan kereta api yang sudah dipadukan dengan teknologi komputer, berkabin ganda, dan tentu saja kuat.
Dari segi layar display, PT. KAI menginginkan kereta api dengan layar display yang jauh lebih baik dari armada sebelumnya, CC204. CC206 memiliki kabin ganda yang memungkinkan lokomotif dapat berputar tanpa harus berada di atas pemutar rel (turntable).
Pada awalnya, lokomotif CC206 ini dikhususkan sebagai lokomotif penarik barang saja, namun karena jumlahnya yang terus bertambah, akhirnya lokomotif ini pun digunakan sebagai penarik kereta penumpang semua kelas hingga kereta barang.
Ciri khas lokomotif ini memiliki 2 bogie dengan konfigurasi C-C (Co’Co’), yaitu 3 buah roda penggerak di setiap bogie-nya.
Perbedaan dengan lokomotif diesel elektrik General Electric lainnya dengan jenis yang sama adalah lokomotif ini memiliki 2 kabin masinis di ujung muka dan belakang seperti halnya lokomotif di Eropa pada umumnya.
Dapur pacu lokomotif ini disokong mesin GE 7FDL-8 versi terbaru yang emisinya setingkat dengan emisi lokomotif Dash-9 di Amerika Serikat, dengan daya mesin sebesar 2250 hp dan punya kecepatan maksimum 120 km per jam.
Sedangkan untuk perangkat elektroniknya menggunakan komputer GE BrightStar Sirius yang dipadukan dengan layar monitor GE Integrated Function Display (GE IFD) seperti yang ada di lokomotif Dash-9.
Ini menjadikan CC206 merupakan lokomotif dengan layar monitor komputer kendali kedua di Indonesia setelah CC205, dan lokomotif GE pertama di Indonesia dengan teknologi layar display tersebut.
Lokomotif ini juga menggunakan klakson yang berbeda dari lokomotif sebelumnya, yang membuat lokomotif ini dijuluki “Si Puong”.
Kuda Besi asal Negeri Paman Sam ini punya daya tarik mencapai 30 gerbong barang, dan 16 gerbong penumpang untuk satu lokomotif penarik.
Lokomotif CC206 merupakan lokomotif diesel elektrik terbaru milik PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang dibuat oleh General Electric Transportation asal Amerika Serikat.
Lokomotif dengan nomor model GE CM20EMP tersebut diperuntukkan membawa angkutan barang maupun penumpang di Pulau Jawa dan mulai didatangkan ke Sumatera Selatan pada tahun 2016.
Lokomotif ini sendiri pertama kali dipesan PT KAI pada tahun 2012 sebanyak 100 unit tanpa boogie. Boogie untuk lokomotif ini dirakit oleh PT Barata Indonesia (Persero).
Setelah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, lokomotif-lokomotif tersebut dibawa ke Bala Yasa Yogyakarta untuk pemasangan boogie sebelum dioperasikan setahun sesudahnya.
Pada tahun 2015, PT KAI kembali mendatangkan 50 unit lokomotif CC206, dengan rincian 30 unit turun di Pelabuhan Tanjung Priok dan 20 unit lainnya diturunkan di Pelabuhan Panjang pada tahun 2016.
Dengan tibanya lokomotif CC206 generasi kedua, maka ada 150 unit CC206 sekaligus melebihi kapasitas lokomotif CC201 yang berjumlah 144 unit (131 beroperasi, 7 dijadikan CC204, 6 rusak).
Secara tampilan, lokomotif ini memiliki 2 boogie dengan konfigurasi C-C (Co’Co’), yaitu tiga buah roda penggerak di setiap boogie-nya. Lokomotif CC206 juga mengusung dua kabin masinis di ujung muka dan belakang seperti lokomotif di Eropa pada umumnya.
Desain kepala dan bodi CC206 sangat mirip dengan lokomotif GE, yaitu British Rail Class 70 seri GE PowerHaul yang beroperasi di Britania Raya.
Jika dibandingkan dengan lokomotif GE sebelumnya, lokomotif ini memiliki tenaga yang lebih besar serta emisi gas buang yang lebih rendah.
Namun, lampu lokomotif masih mengikuti desain loko GE yang sudah beroperasi di Indonesia. Adapun bentuk pintu masuk kabin, mirip dengan yang ada pada model CC203.
Untuk sektor jantung pacu, lokomotif CC206 menggendong mesin GE 7FDL-8 versi terbaru yang memiliki emisi setingkat dengan emisi lokomotif Dash-9 di Amerika Serikat.
Lokomotif ini mampu mengeluarkan daya sebesar 2.250 HP, 100 HP lebih tinggi jika dibandingkan dengan CC203. Selain itu, lokomotif ini juga disokong dengan komputer GE BrightStar Sirius yang dipadukan layar monitor GE Integrated Function Display (GE IFD).
Lokomotif ini juga menggunakan klakson yang berbeda dari generasi sebelumnya sehingga dijuluki “Si Puong”. Sementara untuk daya angkut, bisa mencapai 30 gerbong barang dan 16 gerbong penumpang untuk satu lokomotif penarik.
Seluruh lokomotif CC206 saat ini sudah menggunakan logo PT KAI dan livery terbaru. Selain itu, seluruh lokomotif CC206 juga dipasangi teralis besi berbentuk kotak-kotak pada kaca depan dan samping kabin masinis serta bisa dilepas saat masuk perawatan akhir di Balai Yasa Yogyakarta.