klik sayangi bumi maka akan disayang langitan

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

(HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

*

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

surat (30) ar rum ayat 41

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (٤١)

surat (5) al maa'idah ayat 32

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ (٣٢)

surat 4 An Nisa' ayat 114

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلٰحٍۢ بَيْنَ النَّاسِ  ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

surat 3 Āli 'Imrān ayat 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

*

klik nasehat

klik emak

*

Kamis, 01 Februari 2018

Gangguan Bipolar

Pengertian Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar adalah kondisi seseorang yang mengalami perubahan suasana hati secara fluktuatif dan drastis,misalnya tiba-tiba menjadi sangat bahagia dari yang sebelumnya murung. Nama lain dari gangguan bipolar adalah manik depresif.

Terdapat dua episode dalam gangguan bipolar, yaitu episode mania (fase naik) dan depresi (fase turun). Pada periode mania, penderita menjadi terlihat sangat bersemangat, enerjik, dan bicara cepat. Sedangkan pada periode depresi, penderita akan terlihat sedih, lesu, dan hilang minat terhadap aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan perputaran episode suasana hati, ada sebagian penderita gangguan bipolar yang mengalami keadaan normal di antara mania dan depresi. Ada juga yang mengalami perputaran cepat dari mania ke depresi atau sebaliknya tanpa adanya periode normal (rapid cycling).Selain itu, ada juga penderita gangguan bipolar yang mengalami mania dan depresi secara bersamaan. Contohnya, ketika penderita merasa sangat berenerjik, namun di saat bersamaan juga merasa sangat sedih dan putus asa. Gejala ini dinamakan dengan periode campuran (mixed state).

Penyebab gangguan bipolar

Hingga kini, para ahli belum mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya gangguan bipolar. Beberapa berpendapat bahwa kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter atau zat pengontrol fungsi otak. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa gangguan bipolar berkaitan dengan faktor genetik (keturunan).

Beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan bipolar adalah mengalami stres tingkat tinggi, pengalaman traumatik, kecanduan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang, dan memiliki riwayat keluarga dekat (saudara kandung atau orang tua) yang menderita gangguan bipolar.

Diagnosis gangguan bipolar

Dibutuhkan evaluasi psikologis untuk mendiagnosis gangguan bipolar. Dalam hal ini, dokter biasanya menanyakan tentang pola perilaku pasien, suasana hati yang dirasakannya, dan apa yang dipikirkannya. Selain itu, dokter juga biasanya meminta pasien atau keluarga pasien memberi informasi yang berkaitan dengan episode mania atau depresi.

Karena ada kondisi lain yang juga bisa menyebabkan gejala yang sama seperti gangguan bipolar, yaitu hipotiroid dan hipertiroid, maka pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan dua penyakit tersebut juga perlu dilakukan untuk memastikan kondisi pasien.

Pengobatan gangguan bipolar

Tujuan penanganan gangguan bipolar adalah untuk menurunkan frekuensi terjadinya episode-episode mania dan depresi agar penderita dapat hidup secara normal dan membaur dengan lingkungan.

Selain memperbaiki pola hidup, penanganan biasanya mencakup pemberian obat-obatan yang dikombinasikan dengan terapi psikologis (contohnya terapi perilaku kognitif).

Gejala Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar merupakan salah satu penyakit kejiwaan yang menyebabkan penderita mengalami perubahan suasana hati secara drastis dari mania menjadi depresi, atau sebaliknya. Karena itu, gejala yang muncul pada penderita dengan kondisi ini akan tergantung kepada fase suasana hati mana yang tengah dia alami.

Gejala-gejala pada fase mania

Fase mania ditandai dengan kenaikan suasana hati secara signifikan sehingga menyebabkan penderita gangguan bipolar yang mengalaminya akan merasa sangat gembira dan bersemangat. Mereka merasa sangat berenerjik dan merasa tidak lelah walau kurang tidur dan kurang makan. Selain itu, mereka juga bicara dengan cepat dan merasa punya banyak ide atau rencana-rencana yang rumit.

Mania juga membuat ego penderita menjadi tinggi sehingga tidak jarang mereka menjadi mudah tersinggung dan terusik, merasa dirinya sangat penting, melakukan hal-hal sembrono dengan menghabiskan uang tabungan, atau membuat keputusan besar yang berisiko tinggi atau merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Kadang-kadang pada beberapa kasus bipolar, penderita juga bisa mengalami gejala psikotik berupa delusi dan halusinasi. Saat berhalusinasi, seseorang akan merasa seperti mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Saat mengalami delusi, seorang penderita gangguan bipolar akan meyakini sesuatu yang pada umumnya tidak masuk akal atau tidak benar secara nalar.

Gejala-gejala pada fase depresi

Kebalikan dari fase mania adalah fase depresi. Fase ini ditandai dengan penurunan suasana hati secara signifikan sehingga penderita bipolar akan merasa sangat sedih, sulit tidur, tidak nafsu makan, kurang percaya diri, merasa bersalah, pesimis, merasa tidak berharga, dan cenderung putus asa. Jika gejala ini makin parah, dikhawatirkan penderita dapat menyakiti dirinya sendiri atau bahkan melakukan bunuh diri.

Fase depresi juga dapat membuat penderita gangguan bipolar menjadi sulit untuk berkonsentrasi dan mengalami penurunan daya ingat sehingga tidak jarang mengalami penurunan prestasi atau produktivitas.

Fase depresi juga dapat membuat hubungan penderita bipolar dengan orang-orang terdekat menjadi rusak akibat menjadi sering marah-marah, kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari dan merasa tidak bisa menikmati segala sesuatu.

Jika dilihat dari perputaran episode suasana hati, ada beberapa penderita gangguan bipolar yang mengalami periode normal di antara fase mania dan fase depresi. Meskipun begitu, ada sebagian penderita yang mengalami perputaran cepat dari fase ke fase tanpa adanya periode normal. Tiap fase dapat berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan.

Pada gangguan bipolar, ada juga penderita yang mengalami mania dan depresi secara bersamaan, misalnya ketika penderita merasa sangat berenerjik, namun di saat bersamaan merasa sangat sedih dan putus asa juga. Gejala ini dinamakan dengan periode campuran (mixed state).

Penyebab Gangguan Bipolar

Hingga kini para ahli belum mengetahui penyebab terjadinya gangguan bipolar. Kondisi ini diduga muncul akibat adanya ketidakseimbangan neurotransmitter di dalam otak. Neurotransmitter meliputi dopamine, serotonin, dan noradrenaline yang memiliki fungsi mengendalikan fungsi-fungsi otak. Dugaan bahwa gangguan bipolar dipengaruhi oleh ketidakseimbangan neurotransmitter diperkuat dengan bukti medis, yaitu ketika seseorang memiliki kadar noradrenaline terlalu rendah sehingga memicu episode depresi. Dan sebaliknya, ketika kadar noradrenaline terlalu tinggi, maka yang muncul adalah episode mania.

Pendapat sebagian ahli lainnya mengatakan bahwa gangguan bipolar berkaitan dengan genetika yang diwariskan dari orang tua dan faktor lingkungan di mana seseorang dibesarkan.

Seseorang yang menderita gangguan bipolar, gejalanya dapat muncul sewaktu-waktu. Kemunculan gejala ini bisa dipicu oleh beberapa hal, salah satunya adalah stres berlebihan, misalnya karena ditinggal mati oleh orang yang dicintai, karena perceraian atau putus hubungan dengan kekasih, dan karena pelecehan. Stres tidak boleh dianggap enteng karena terbukti menjadi pemicu utama hampir sebagian besar masalah-masalah psikologis, termasuk gangguan bipolar.

Selain stres, faktor-faktor lainnya yang bisa memicu kemunculan gejala atau umumnya ditemukan bersamaan dengan gangguan bipolar adalah:

-Masalah rumah tangga, keuangan, atau pekerjaan
-Kecanduan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang
-Masalah rumah tangga, keuangan, atau pekerjaan
-Gangguan tidur
-Penyakit fisik

Diagnosis Gangguan Bipolar

Dalam mendiagnosis gangguan bipolar, dokter biasanya akan terlebih dahulu menggali keterangan secara langsung dari pasien atau seseorang yang mendampingi pasien berobat. Dokter atau psikiater akan bertanya apakah pasien pernah mengalami perubahan suasana hati secara drastis, apa yang dirasakannya ketika periode tersebut muncul, dan kapan periode tersebut terjadi.

Setelah itu, dokter atau psikiater juga akan menanyai riwayat kesehatan keluarga pasien, yaitu apakah dirinya memiliki kakak, adik, atau orang tua yang mengidap gangguan bipolar. Dokter juga mungkin akan melakukan tes untuk mengukur kadar hormon tiroid dan memastikan gejala yang diderita oleh pasien bukanlah akibat hipotiroid atau hipertiroid.

Selain bertanya langsung kepada pasien atau seseorang yang mendampingi pasien berobat, dokter kemungkinan juga perlu menganalisis data dari buku harian tentang suasana hati. Dalam hal ini, pasien akan diberi tugas oleh psikiater untuk mencatat tentang suasana hati yang dirasakannya tiap hari, pola tidur sehari-hari, dan hal-hal lain yang terkait dengan kondisi kejiwaan.

Jika seluruh keterangan sudah terkumpul, maka penyimpulan bisa lebih mudah dilakukan. Keterangan lengkap juga akan membantu dokter dalam memberikan pengobatan yang tepat.

Pengobatan Gangguan Bipolar

Jika pengobatan berjalan efektif, gejala gangguan bipolar biasanya akan mereda dalam waktu kurang dari tiga bulan. Namun jika kondisi ini diabaikan atau tidak mendapat penanganan yang tepat, maka gejala bisa berlangsung selama berbulan-bulan (3-6 bulan untuk episode mania dan enam bulan sampai satu tahun untuk episode depresi).

Tujuan pengobatan bipolar adalah untuk menurunkan frekuensi terjadinya episode mania atau depresi sehingga penderita dapat hidup secara normal dan membaur dengan orang-orang di sekitarnya. Terdapat obat untuk mencegah kambuhnya fase bipolar dan terdapat juga obat untuk meredakan gejala ketika sedang kambuh.

Selain dengan obat, penanganan bipolar harus dikombinasikan dengan terapi psikologis di bawah bimbingan dokter spesialis atau psikiater. Penderita biasanya juga akan disarankan untuk memperbaiki pola hidup ke arah yang lebih sehat, misalnya berolahraga secara teratur, tidur cukup, dan mengonsumsi makanan sehat.

Sebagian besar penderita gangguan bipolar dapat membaik tanpa harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Perujukan ke rumah sakit pun biasa dilakukan jika gejala makin parah dan dikhawatirkan perilaku penderita dapat membahayakan orang lain atau dirinya sendiri, seperti misalnya ingin melakukan bunuh diri.

Obat-obatan

Berikut ini adalah sejumlah obat yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan bipolar, tergantung kepada gejala serta riwayat kesehatan masing-masing penderita, antara lain:

-Antikonvulsan (contohnya lamotrigine, carbamazepine, dan valproate).

Antikonvulsan sebenarnya merupakan obat yang biasa digunakan untuk mengobati epilepsi. Namun karena memiliki khasiat yang bisa menstabilkan suasana hati dan meredakan episode mania, maka kadang-kadang antikonvulsan diresepkan kepada penderita gangguan bipolar. Penggunaan antikonvulsan tidak boleh sembarangan dan harus berdasarkan resep dokter. Jika digunakan tanpa melalui pemeriksaan dokter terlebih dahulu, efek obat antikonvulsan bisa berbahaya. Salah satunya adalah penggunaan valproate pada wanita usia subur yang bisa meningkatkan risiko cacat dan gangguan saraf otak pada bayi yang nanti dikandungnya.

-Lithium. 

Obat yang digunakan secara jangka panjang ini mampu mencegah terjadinya gejala mania dan depresi serta menstabilkan suasana hati. Selama penggunaan lithium, tes darah untuk memeriksa kadar lithium di dalam tubuh perlu dilakukan secara rutin. Hal tersebut untuk memastikan kadar lithium masih dalam kisaran yang aman sehingga mencegah terjadinya efek samping serius berupa gangguan pada ginjal dan kelenjar tiroid. Efek samping penggunaan lithium yang tergolong ringan adalah muntah dan diare. Efek samping tersebut biasanya muncul akibat dosis yang tidak tepat. Dokter kadang-kadang mengombinasikan lithium dengan obat antikonvulsan seperti valproate atau lamotrigine untuk mengobati pasien gangguan bipolar yang mengalami rapid cycling (perubahan episode secara cepat dari tinggi ke rendah atau sebaliknya tanpa adanya periode normal yang menengahi).

-Antidepresan. 

Salah satu contoh obat antidepresan yang sering digunakan adalah fluoxetine. Pada sebagian penderita gangguan bipolar, obat pereda depresi ini dapat memicu episode mania. Oleh karena itu antidepresan kerap dipasangkan dokter dengan obat-obatan penstabil suasana hati.

-Benzodiazepine. 

Obat yang termasuk kelompok antiansietas ini bisa digunakan secara jangka pendek untuk meredakan kecemasan. Selain itu, benzodiazepine juga bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas tidur penderita gangguan bipolar.

-Antipsikotik.

Sama seperti obat-obatan antikonvulsan, antipsikotik diresepkan untuk mengatasi episode mania dan juga efektif untuk menstabilkan suasana hati. Namun dokter biasanya akan meresepkan obat ini jika episode mania sudah dianggap parah dan menimbulkan perilaku yang mengganggu. Beberapa efek samping yang mungkin saja terjadi dari penggunaan antipsikotik adalah kenaikan berat badan, konstipasi, mulut kering, dan penglihatan buram. Contoh-contoh obat antipsikotik yang mungkin diresepkan adalah olanzapine, risperidone, aripiprazole, dan quetiapine.

Terapi psikologis

Terapi psikologis untuk gangguan bipolar dapat menunjang obat-obatan yang telah diberikan. Melalui metode ini diharapkan kesembuhan pasien bisa tercapai secara lebih efektif.

Di dalam terapi psikologis, pasien akan dikenalkan dengan masalah kejiwaan yang sedang mereka alami. Pasien juga akan diajak mengidentifikasi hal-hal yang dapat memicu terjadinya episode, baik itu dalam bentuk pemikiran maupun perilaku pasien. Setelah faktor pemicu gejala diketahui, psikiater atau ahli terapi akan membimbing pasien untuk berupaya mengubah pemikiran dan perilaku negatif tersebut menjadi sesuatu yang positif. Melalui metode yang dinamakan terapi perilaku kognitif ini, pasien juga akan diajari cara menanggulangi stres secara efektif, serta diberi nasihat-nasihat seputar pola makan, tidur, dan olahraga yang baik untuk kesehatan.

Tidak hanya pasien, keterlibatan keluarga dalam terapi psikologis juga bisa sangat membantu. Tujuannya adalah agar keluarga memahami kondisi yang dialami pasien sehingga bisa bekerja sama untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam rumah tangga sebagai satu kemungkinan penyebab gangguan bipolar serta memberikan dukungan kepada penderita.

Gangguan bipolar dan kehamilan

Merencanakan kehamilan bagi wanita penderita bipolar merupakan hal yang tidak mudah karena obat-obatan bipolar memiliki risiko efek samping dan dampaknya pada proses kehamilan belum sepenuhnya diketahui. Dibutuhkan suatu kerja sama di antara sisi medis yang menangani bipolar penderita dan kehamilannya.

Wanita hamil bisa menderita gangguan bipolar, umumnya ketika mengalami dilema. Di satu sisi, jika dirinya mengonsumsi obat-obatan penenang suasana hati, maka janinnya bisa berisiko mengalami kecacatan. Namun di sisi lain, jika obat-obatan tersebut tidak digunakan, maka gejala gangguan bipolar wanita hamil tersebut bisa memburuk.

Wanita yang sedang menyusui juga menghadapi masalah yang sama karena sebagian besar obat gangguan bipolar dapat terserap oleh ASI dan bayi dikhawatirkan bisa terkena efek samping dari obat-obatan tersebut.

Sebagai jalan keluar dari permasalahan tersebut, bicarakanlah kepada dokter untuk mendapatkan solusi pengobatan yang tepat tanpa harus membahayakan kondisi bayi.

Berikut ini obat-obatan yang perlu diwaspadai oleh wanita hamil serta risiko yang mungkin terjadi apabila menggunakannya:
Nama obatRisiko
LamotrigineMembahayakan kesehatan janin
CarbamazepineMembahayakan kesehatan janin
ValproateMembahayakan kesehatan janin dan mengganggu perkembangan anak setelah dilahirkan
ParoxetineCacat jantung dan pembuluh darah
LithiumPenyakit jantung
BenzodiazepinesHypotonia atau lemah otot akibat floppy baby syndrome dan bibir sumbing

Tidak ada komentar: