Asal nama Ji'ranah sendiri sebenarnya adalah nama seorang perempuan yang sehari-harinya bekerja mengabdikan dirinya untuk merawat, membersihkan dan menjaga masjid tersebut. Ia seorang perempuan Quraisy dari Bani Tim. Selain dikenal dengan nama Ji'ranah, konon ia pun punya nama yang lain, yakni Raithah.
Allah SWT bahkan menggambarkan perempuan ini dalam surat (16) An Nahl ayat 92.
(Dikutip dari buku sejarah lengkap kota Makkah dan Madinah, karya ustadz Abdul Hadi Zakaria. Penerbit : Diva Press, Jl. Wonosari, Baturetno, Banguntapan, Yogyakarta hal 134).
Al Qur'an Kemenag surat (16) an nahl ayat 92
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.
Kesimpulan :
Jangan letakkan dirimu pada posisi perjanjian.
Tafsir Ringkas Kemenag :
Dan janganlah kamu, dalam hal mengingkari janji yang telah diikrarkan dan sumpah yang telah diucapkan, seperti halnya seorang perempuan
yang menguraikan kembali benangnya yang sudah dipintal dengan kuat
sehingga menjadi cerai berai kembali. Sesungguhnya kamu tahu bahwa
itu adalah tindakan bodoh dan buruk. Tindakan seperti itu sama halnya dengan kamu menjadikan sumpah dan perjanjian-mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya, lebih banyak hartanya, lebih kuat kedudukannya, atau lebih
tinggi posisinya dari golongan yang lain.
AllahSWT hanya menguji kamu dengan
hal itu, yakni dengan adanya kelompok manusia yang lebih kaya dan
berkedudukan lebih tinggi, dapatkah kamu tetap menepati janji dan
memenuhi sumpahmu. Dan pasti pada hari Kiamat kelak akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. Allah akan
memberi balasan sesuai perbuatan yang telah kamu lakukan.Usai mengisyaratkan adanya perselisihan di antara umat manusia
dalam beberapa persoalan kehidupan, pada ayat ini Allah menyatakan kekuasaannya untuk menghilangkan perselisihan itu seandainya Dia
berkehendak.
Dan jika Allah menghendaki kamu menjadi satu umat, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat yang memiliki satu pendapat saja,
tanpa ada perselisihan sedikit pun di antara kamu, tetapi Allah tidak
berbuat demikian karena Dia memberi manusia kebebasan untuk memilih jalan sesuai kemauannya: yang sesat atau yang lurus. Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki atas pilihannya memilih jalan kesesatan,
dan memberi kemampuan untuk melaksanakan petunjuk kepada siapa
yang Dia kehendaki, juga atas pilihannya memilih jalan petunjuk. Tetapi,
kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. Kamu
akan diminta pertanggungjawaban dan mendapat balasan atas amal
perbuatan kamu.
Tafsir Kemenag :
Dalam ayat ini, Allah mengumpamakan orang yang melanggar perjanjian dan sumpah itu sebagai seorang wanita yang mengurai benang yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Demikian itu adalah gambaran tingkah laku orang gila dan orang bodoh.
Pelanggaran terhadap bai'at perjanjian atau sumpah berarti menjadikan sumpah sebagai alat penipuan sesama manusia. Sebab jika satu golongan atau seseorang membuat perjanjian dengan golongan lain yang lebih besar dan kuat daripadanya untuk menenteramkan hati mereka, kemudian jika ada kesempatan, dia mengkhianati perjanjian itu, maka tingkah laku seperti demikian itu dipandang sebagai suatu penipuan.
Allah swt melarang tingkah laku demikian karena termasuk perbuatan bodoh dan gila, walaupun dia dari golongan yang kecil berhadapan dengan golongan yang besar. Lebih terlarang lagi jika golongan besar membatalkan perjanjian terhadap golongan yang lebih kecil.
Diriwayatkan bahwa Mu'awiyah, khalifah pertama Dinasti Bani Umaiyyah, pernah mengadakan perjanjian damai dengan Kaisar Romawi dalam jangka tertentu. Menjelang akhir perjanjian damai tersebut, Mu'awiyah membawa pasukannya ke perbatasan dengan rencana bila saat perjanjian itu berakhir dia langsung akan menyerang. Lalu seorang sahabat bernama Amr bin Anbasah berkata kepadanya, "Allahu Akbar, wahai Mu'awiyah, tepatilah janji, jangan khianat, aku pernah mendengar Rasul saw bersabda:
Barang siapa ada perjanjian waktu antara dia dengan golongan lain, maka sekali-kali janganlah dia membatalkan perjanjian itu sampai habis waktunya. (Riwayat Imam Ahmad)
Setelah Mu'awiyah mendengarkan peringatan temannya itu, dia pun pulang membawa kembali pasukannya. Demikianlah Islam menetapkan ketentuan-ketentuan dalam tata pergaulan antara manusia untuk menguji di antara mereka siapakah yang paling kuat berpegang kepada perjanjian yang mereka adakan sendiri, baik perjanjian itu kepada Allah dan rasul-Nya seperti bai'at, ataupun kepada sesama manusia. Pada hari kiamat kelak akan kelihatan: mana yang hak dan mana yang batil serta mana yang jujur dan mana yang khianat. Segala perselisihan akan dijelaskan, masing-masing akan mendapat ganjaran dari Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar