Dari Mata Turun ke Penyakit
Rudy Prasetyo
Tempo, 22 Maret 2010
NANAN Sumarna, 51 tahun, bukan fotografer. Tapi siang itu dia terlihat sibuk memotret mata para pengunjung yang menghampiri stannya di pameran Eco Products International 2010, di Jakarta Convention Center, 4-7 Maret lalu. Ini pameran produk-produk ramah lingkungan terbesar se-Asia Tenggara. Dan Nanan, pegawai Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, sedang menunjukkan cara kerja detektor untuk mendiagnosis kesehatan seseorang.
Foto-foto jepretan Nanan itu lantas diolah ke dalam komputer jinjing yang dilengkapi sebuah peranti lunak bernama LIPIRISm@. Sekali klik saja, gambar di layar komputer langsung menunjukkan detail bagian iris mata dengan jelas, baik warna, rupa, maupun bentuknya. "Sekarang kita bisa mengetahui penyakit seseorang, " kata Nanan. Warna putih seperti cincin di atas iris, umpamanya, menggambarkan kandungan kolesterol pada tubuh seseorang.
Semudah itulah Nanan mendiagnosis kesehatan seseorang dengan bantuan LIPIRISm@. Dari tingkat radang, stres, dan kondisi organ tubuh, tumpukan dan sebaran racun, kecukupan oksigenasi di pembuluh darah, sampai sumbatan pada sistem kelenjar getah bening, semua terekam di dalam iris. Letak organ yang bermasalah dan seberapa parah gangguannya pun bisa diketahui lewat iris, apakah tergolong subakut, kronis, atau degeneratif.
Iris adalah bagian mata dengan struktur jaringan yang sangat kompleks. Tersusun dari selaput halus yang berlapis-lapis, di dalamnya terkandung beratus-ratus ribu sel yang langsung tersambung ke organ tubuh vital manusia. Seluruh susunan ini terhubung juga dengan otak melalui serabut-serabut saraf dan pembuluh kapiler darah.
Menurut Ketua Tim Peneliti LIPIRISm@ dari Pusat Penelitian Informatika LIPI, Wawan Wardiana, LIPIRISm@ adalah program buatan anak bangsa yang memudahkan proses pengamatan iris mata sesuai dengan kaidah iridologi.
Dalam dunia kedokteran, iridologi adalah ilmu yang mempelajari iris mata melalui perubahan warna, rupa, bentuk, dan simbol yang terdapat pada bagian mata. "Iridologi bersifat kualitatif, " ujarnya.
Artinya, iridologi merupakan "general check-up " yang bisa dilakukan secara kilat, tanpa rasa sakit, mudah, dan ongkosnya tak terlampau mahal.
Selama ini, kata Wawan, pemantauan iris mata dilakukan secara manual. Praktisi iridologi biasanya hanya melihat langsung mata pasien dengan alat bantu semacam senter atau sorotan cahaya. "Pengamatan manual bisa berakibat salah diagnosis, " katanya pekan lalu.
Nah, LIPIRISm@ bisa memberikan panduan yang lebih akurat untuk mengenali letak organ yang terganggu seperti yang tergambar pada iris secara tepat.
Diagnosis dengan iridologi diklaim lebih unggul dalam menemukan adanya kelemahan organ dibanding pemeriksaan laboratorium. "Hasilnya pun dapat diketahui real time, " katanya.
Sebagai perbandingan, untuk general check-up, pasien harus melewati sederet pemeriksaan: periksa darah, air seni, feses, roentgen, dan sebagainya. Tes laboratorium juga memakan waktu cukup lama dan ongkosnya mahal.
Diagnosis iridologi hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Pasien tinggal duduk dan difoto. Pada saat yang sama, ahli iridologi bisa langsung menerangkan kondisi organ tubuh berdasarkan pengamatan iris, sesuai dengan peta iris buatan bapak iridologi modern, Dr Bernard Jensen. Sementara uji laboratorium bisa menghabiskan biaya jutaan, iridologi hanya butuh puluhan ribu rupiah.
Konsep iridologi pertama kali dipopulerkan oleh Theodore Kriege lewat buku Chiromatica Medica di Dresden, Jerman, pada 1670. Seabad kemudian, Christian Haertels menerbitkan disertasi di Gottingen berjudul De Oculo et Signo (mata dan tanda-tandanya).
Pada abad ke-19, Ignatz von Peczely (1826-1911) tidak sengaja menemukan burung hantu yang patah kakinya disertai goresan hitam pada matanya. Anehnya, setelah burung hantu itu sembuh, goresan di matanya hilang.
Akhirnya, setelah melakukan penelitian pada manusia, Ignatz menghasilkan peta iridologi pertama. Ignatz juga menggunakan iridologi untuk mengotopsi tubuh manusia guna mengetahui dan memastikan letak penyakit.
Chart iridologi selanjutnya disempurnakan oleh Bernard Jensen pada 1982 dan sampai sekarang digunakan oleh praktisi iridologi di seluruh dunia. Iris mata kiri digunakan untuk mendeteksi organ tubuh sebelah kiri manusia. Iris kanan untuk mendeteksi organ di bagian kanan tubuh.
Peneliti Pusat Penelitian Informatika, Ana Heryana, menjelaskan LIPIRISm@ sangat membantu praktisi iridologi dalam menentukan gangguan organ.
Program ini dikembangkan mulai 2006 sampai akhir 2008 dengan bahasa pemrograman Delphi yang berorientasi obyek. "Pengembangan masih terus berjalan, " katanya.
LIPIRISm@ 2.0 adalah versi terakhir aplikasi ini. Selain lebih murah, LIPIRISm@ mempunyai beberapa kelebihan dibanding alat sejenis dari luar negeri, di antaranya fitur pustaka tanda-tanda iris, rekam medis data pasien, pengaturan iris, pengaturan grafis ANW (autonomic nerve wreath) orang yang berbeda, dan penampakan dua iris secara bersamaan.
Yagus Hartono, pengembang aplikasi dari Yogyakarta, juga pernah mengembangkan aplikasi yang serupa dengan LIPIRISm@, yang diberi nama irdo soft (iridology software). Peranti lunak asal Kota Gudeg ini memungkinkan iris bisa diputar dan memudahkan penempatan petanya. "Dilengkapi juga dengan link obat herbalnya, " kata Yagus.
Praktisi iridologi, Farida Megalini, mengatakan kehadiran peranti lunak iridologi sangat membantu dalam menentukan letak presisi kelainan yang terindikasi oleh iris. "Bisa memperkecil kesalahan pemeriksaan manual, " kata dokter umum lulusan Universitas Brawijaya ini. Menurut Farida, iris memiliki banyak titik yang berdekatan sehingga memungkinkan praktisi iridologi salah mendiagnosis organ yang terganggu.
LIPIRISm@ diklaim jauh lebih baik. Berdasarkan penelitian LIPI, tingkat akurasinya dalam mendeteksi penyakit mencapai 80 persen.
Iridologi, kata Farida, berguna dalam pengobatan preventif. Metode ini bisa menyingkapkan keadaan organ tubuh sebelum munculnya tanda dan gejala suatu penyakit. "Informasi kekuatan dan kelemahan organ terekam dalam iris, " ujarnya.
Misalnya, seseorang yang terindikasi menderita sakit lever dengan kerusakan 20 persen dipastikan belum mengalami gangguan dalam kesehariannya. Tapi, melalui pemeriksaan iris, tanda-tanda itu sudah tampak.
Menurut Farida, adanya tanda-tanda penyembuhan yang ditunjukkan melalui iris mata (healing line) sesuai dengan proses penyembuhan yang sedang dan telah berlangsung di dalam tubuh membuat iridologi semakin menarik.
Hal ini sangat penting dalam memantau terapi yang telah diberikan terapis kepada pasiennya. Dalam wilayah proses healing pada iris, terapis dapat menilai jenis obat, cara pemberiannya, atau jenis pasien yang memberikan hasil terapi yang efektif dan efisien.
Adapun kelemahan iridologi adalah tidak bisa mendeteksi penyakit secara detail dari segi kuantitatif. Misalnya berapa besar kadar kandungan gula dalam darah. "Meski mudah, iridologi bersifat kualitatif, " katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar