klik sayangi bumi maka akan disayang langitan

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

(HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

*

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

surat (30) ar rum ayat 41

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (٤١)

surat (5) al maa'idah ayat 32

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ (٣٢)

surat 4 An Nisa' ayat 114

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلٰحٍۢ بَيْنَ النَّاسِ  ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

surat 3 Āli 'Imrān ayat 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

*

klik nasehat

klik emak

*

Minggu, 20 Desember 2020

Lentera Bumi Nusantara

Ricky Elson

klik patent

klik scopus



klik Wikipedia 









Lentera Bumi Nusantara


klik dikti




narasumber



*

lihat juga


klik cak nun

klik jpnn

klik disway



kkik tirto



KURANG DIHARGAI DI INDONESIA, PEMBUAT MOBIL LISTRIK PILIH PULANG KE JEPANG

Posted by Fitri | Apr 11, 2014

KARYA anak bangsa yang bisa membanggakan dunia, belum tentu mendapat tempat di negeri sendiri. Kekhawatiran Ricky Elson, si pembuat mobil listrik itu akhirnya terbukti. Ia pun tak ingin lama-lama kecewa. Daripada ilmunya sia-sia, kini si pemuda asli Padang ini memilih ingin kembali ke negeri Sakura.

Sekian lama Ricky menunggu izin mobil listrik yang dibuatnya bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan. Berharap mobil listrik bernama Selo dan Gendhis itu, dapat menjadi inspirasi kelahiran mobil listrik buatan anak negeri. Namun apa daya, izin mobil listrik buatan pria kelahiran Padang 11 Januari 1980 itu tak kunjung keluar. Bahkan terkesan digantung oleh  Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

“Saya tak bisa lagi menahannya (untuk pulang ke Jepang). Dulu saya bermohon-mohon agar pemuda ini mau kembali ke Indonesia. Ilmunya soal mobil listrik sangat berguna. Tapi ternyata benar, ilmu itu tidak dihargai di negerinya sendiri. Dia masih muda, masa depannya masih panjang,”. Begitulah pernyataan kecewa yang diungkapkan Dahlan Iskan, perihal rencana Ricky kembali ke Jepang.

Dahlan yang ditemui wartawan di rumahnya di Surabaya, Rabu (9/4) pantas kecewa. Semangatnya melahirkan mobil masa depan, mobil listrik buatan anak negeri, ternyata tidak mendapat sambutan baik dari koleganya di Kemenristek. Padahal untuk membuat mobil listrik, Dahlan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan untuk memaksa Ricky mau kembali ke Indonesia, Dahlan sampai rela seluruh gajinya sebagai menteri diberikan pada Ricky.

“Ricky ini sudah 14 tahun di Jepang. Ia sudah memiliki hak paten internasional mobil listrik di sana. Saya merayunya habis-habisan agar mau kembali ke Indonesia. Dia sempat takut dengan resiko gajinya turun dan belum tentu ilmunya dihargai. Saya terus yakinkan dia dan memberikan seluruh gaji saya tiap bulan untuknya. Saya minta dia membangun mimpi mobil listrik buatan anak Indonesia, akhirnya dia mau dan kita buat Tucuxi, Selo  dan Gendhis,” kisah Dahlan mengenai awal perkenalannya dengan Ricky.

“Namun ternyata, kekhawatiran Ricky terjadi. Ternyata sambutan dalam negeri (soal mobil listrik) tidak baik. Tidak ada kepastian dan tidak ada ketentuan yang jelas. Saya harus minta maaf pada Ricky. Saya bayangkan dulu orang dari luar negeri kalau pulang bisa dimanfaatkan, ternyata tidak,” tambah Dahlan masih dengan nada kecewa.

Dahlan seolah kehabisan alasan untuk tetap menahan pemuda cerdas itu bertahan di Indonesia. Apalagi hingga saat ini, Kemenristek tak jua memberikan penjelasan, mengapa izin itu belum dikeluarkan. Padahal mobil-mobil listrik buatan Ricky, sudah pernah mejeng di acara KTT APEC di Bali.

“Kalau sampai satu atau dua bulan ini tidak ada kejelasan, saya harus izinkan dia (Ricky) pulang ke Jepang. Dia ini anak muda yang cerdas. Masa depannya masih panjang. Saya tidak mau menggantung masa depannya dengan bertahan di Indonesia,” kata Dahlan.

Izin yang Tak Kunjung Keluar

Mobil listrik Tucuxi, Selo dan Gendhis telah lama selesai. Mungkin ini bukan mobil listrik pertama yang dibuat di Indonesia. Namun inilah jajaran mobil listrik yang pertama kali dikerjakan seluruhnya oleh putra putri bangsa.

Untuk mendapatkan izin ketiga mobil listrik ini, pada awalnya Dahlan meminta surat izin mobil listrik kepada Kementerian Perhubungan, namun kementerian tersebut tidak bisa memberikan izin.

“Akhirnya Kemenhub dan Menristek bicara dan akhirnya urus izin di Menristek. Ini sedang kita urus,” kata Dahlan menjawab wartawan beberapa bulan lalu.

Namun seiring berlalunya waktu, izin dari Kemenristek tak kunjung ada kejelasan. Padahal Menristek Gusti Muhammad Hatta pernah memuji mobil listrik Selo saat melakukan ujicoba.

Berbagai carapun sudah ditempuh bekas Dirut PLN ini agar mengantongi izin menggunakan mobil bernama ‘Selo’ itu. Dari mengirim pesan singkat (SMS), telephone, hingga mengirimkan surat pribadi pada Kemenristek. Hanya saja, upayanya hingga kini tak berbuah manis.

“Saya sudah kirim surat pribadi, sebagai salah satu orang yang bisa kendarai mobil listrik itu untuk uji coba. Sampai sekarang enggak dibales. Saya udah SMS, telepon juga sudah. Jawabannya cuma ‘ya’ saja, tapi tidak dikasih izinnya,” papar Dahlan heran.

Menteri yang ogah pakai pengawalan ini juga bingung, beberapa bus listrik yang juga masih nangkring di Kemenristek masih kesulitan keluar izinnya. Padahal secara tak langsung, bus-bus listrik itu sudah melewati jarak jauh, dari Jakarta-Bandung-Yogjakarta-Jakarta.

“Kalau mobil listrik warna hijau waktu itu pernah saya kendarai sendiri sampai 1000 km. Maksud saya gitu, kalau saya pakai dulu terus baru dikritik apanya saja yang kurang, tapi ini mau dipakai enggak bisa,” sesal mantan Dirut PLN ini.

Perkenalan Ricky Elson dengan Dahlan

Saat kunjungannya ke Balikpapan beberapa waktu lalu, Kaltim Pos (Grup JPNN) sempat membuat laporan mengenai sosok Ricky Elson. Pemuda kelahiran tahun 1980 ini menempuh pendidikan sarjana hingga program master di Jepang. Ia mengambil ilmu spesifikasi Teknik Mesin di Polytechnic University of Japan. Dia selalu jadi lulusan terbaik hingga dilirik seorang profesor di sana yang merupakan perancang motor di Nidec Corporation. Ricky pun memenuhi tawaran itu.

Meski sempat kesulitan, Ricky berhasil beradaptasi. Bahkan, dia jadi andalan di perusahaan tersebut. Banyak pelajaran berharga didapatkan Ricky di sana. Terutama untuk menumbuhkan semangat kerja. Di perusahaan tersebut, kalimat motivasi jadi cambuk semangat karyawan. Yakni; segera kerjakan, pastikan kerjakan, dan kerjakan sampai selesai!

Selain itu, perusahaan-perusahaan di Jepang punya pengertian sendiri bagi setiap jenjang pendidikan. S-1 misalnya. Artinya jenjang ini sekadar tahu bagaimana memecahkan masalah. Sedangkan S-2, bagaimana menemukan masalah dan menyelesaikannya. Terakhir, S-3 adalah bisa membuat masalah dan memecahkannya sendiri.

Berbagai filosofi Negeri Samurai ini rupanya membentuk karakter Ricky menjadi orang yang produktif. Buktinya, enam tahun sejak bekerja di Nidec Corporation, dia berhasil jadi andalan. Sekitar 80 persen produk perusahaan ini merupakan karya sang Putra Petir ini.

Adapun Nidec Corporation bergerak di bidang elektronik, memproduksi elemen motor presisi alias mikromotor.

Selama 14 tahun di Jepang, Ricky telah menemukan belasan teknologi motor penggerak listrik yang sudah dipatenkan oleh pemerintah Jepang.

Namun demikian, di tengah kariernya yang sedang bagus, Ricky memilih kembali ke Indonesia. Dia turut membeberkan alasannya pada para mahasiswa kemarin. Pertemuan Ricky dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, ternyata menjadi titik segalanya.

Bermula dari pertemuan sekitar 3 jam itu, Dahlan melobi Ricky untuk pulang dan berkarya di Tanah Air.

Bagi Ricky, pertemuan serupa bukan hal baru. Ada beberapa tokoh nasional yang sebelumnya menemui Ricky dan menawarkan untuk bekerja di Indonesia. Dia dijanjikan banyak hal yang barang tentu menggiurkan. Gaji tinggi mulai puluhan juta sampai ratusan juta rupiah, hingga diberi perusahaan, sudah biasa didengarnya. Tapi dia selalu menolak. Kenapa kali ini berubah?

“Yang saya tangkap, Pak Dahlan Iskan itu berbeda. Dia tak kasih janji-janji. Hanya berkata ‘Sudah cukup Anda kerja di luar negeri. Maukah ikut dengan saya? Kita bersama-sama berbuat untuk Indonesia’,” ucap Ricky menirukan percakapan dengan Dahlan Iskan saat itu.

“Beliau sangat paham. Dia minta saya pulang. Saya pun tak tahu kenapa tak menolak padahal yang lain berani menggaji hingga dua kali lipat dari yang saya terima kala itu,” sambungnya.

Dahlan yang mengetahui bahwa tenaga dan pikiran Ricky dihargai sangat tinggi, saat itu mengaku tak bisa memberikan hal serupa.

Namun supaya Ricky mau, Dahlan tanpa pusing-pusing langsung menawarkan gajinya sebulan sebagai menteri BUMN, untuk menjadi bayaran Ricky tiap bulan.

Berkat kesamaan visi membangun Indonesia, akhirnya kesepakatan tercapai. Apalagi, dia bertekad mau membalas jasa para guru yang membantunya bisa kuliah hingga ke Jepang. Ricky pun balik ke Indonesia dan memulai proyek mobil listrik Indonesia.

Selo dan Gendhis, mobil listrik karya Ricky yang sekarang jadi sorotan. Karya anak bangsa tak kalah dengan mobil sport buatan luar negeri. Padahal, durasi pengerjaannya hanya lima bulan. Selo memiliki kecepatan 250 kilometer per jam sedangkan Gendhis 180 kilometer per jam. “Karena mengejar untuk ditampilkan di APEC, motor dan controller-nya masih pakai buatan luar negeri,” sebutnya.

Menurut Ricky, langkah membuat mobil listrik saat ini sudah tepat. Beberapa waktu ke depan, dunia diprediksi beralih ke kendaraan listrik. Ini kesempatan buat Indonesia untuk memulai industrinya. Bahkan, bukan hanya Indonesia, seluruh negara saat ini turut berproduksi mobil listrik.

“Jika tidak dari sekarang, puluhan tahun lagi akan dipertanyakan apa produksi Indonesia,” ucap Ricky. “Indonesia butuh penggagas. Dari sini diharapkan lahir pengembang mobil listrik lain,” sambungnya.

Cerita di balik pemberian nama mobil listrik karya Ricky ini turut dibeberkan. Mulanya, mobil tersebut bakal dinamai Gundala. Nama itu diambil dari tokoh fiksi pahlawan super yang dijuluki Putra Petir. Tapi, Gundala terlanjur jadi nama komik. Hingga muncul nama Selo dari legenda Ki Ageng Selo yang dikenal dapat menangkap petir. Akhirnya nama inilah yang didaulat jadi nama mobil listrik Indonesia dengan model sedan sport.

“Kalau Gendhis, memang ingin dicari yang manis untuk mendampingi Selo. Jadi diambillah Gendhis yang artinya gula dari Bahasa Jawa,” imbuhnya.

Segera Pulang ke Jepang

Meski asli Indonesia, prestasi Ricky Elson justru mentereng di negeri Sakura. Di sana, ia sebenarnya telah menduduki jabatan penting. Yakni sebagai kepala Divisi penelitian dan pengembangan teknologi permanen magnet motor dan generator NIDEC Coorporation, Kyoto, Minamiku-kuzetonoshiro cho388, Jepang.

Ilmu anak Padang ini, sedikitnya telah menghasilkan sekitar 14 teori mengenai motor listrik dan telah pula dipatenkan oleh pemerintah Jepang. Ia telah kembali ke tanah air, namun kini ia berencana untuk segera pulang kembali ke Jepang. Melalui akun facebooknya, pembuat kincir angin terbaik di dunia untuk kelas 500 watt peak ini mengaku, perusahaan di Jepang tempatnya bekerja dulu, terus mengirimi tawaran untuknya kembali. Apalagi menurutnya, saat ini Indonesia belum bersahabat untuk hasil-hasil karyanya.Oh Indonesia… (afz/jpnn)

*

DILEMA ‘SANG PUTRA PETIR’ PEMBUAT MOBIL LISTRIK

Kamis, 10 April 2014 , 13:55:00

JAKARTA–Nama Ricky Elson, menjadi sorotan publik Indonesia, saat putra asli Padang kelahiran tahun 1980 ini diperkenalkan sebagai pembuat mobil listrik, yang diinisiasi oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan. Jadi sorotan bukan hanya karena kecanggihan mobil listrik, tapi juga karena sosok Ricky yang masih sangat muda (33 tahun), namun telah memiliki prestasi mendunia.

Ia menghabiskan waktu selama 14 tahun di Jepang. Ia tidak hanya menjadi mahasiswa cerdas, tapi juga inspirator bagi penggiat teknologi di sana. Ia menjadi andalan di Nidec Corporation, sebuah perusahaan ternama di Jepang yang bergerak di bidang elektronik, memproduksi elemen motor presisi alias mikromotor.

Sekitar 80 persen produk perusahaan ini merupakan karya pemuda yang disebut Dahlan sebagai ‘sang Putra Petir’ ini. Bahkan sekitar 14 teori mengenai motor listrik, telah pula dipatenkan oleh pemerintah Jepang atas namanya.

Meski sukses di Jepang, namun rasa cintanya pada tanah air terus memanggil Ricky untuk pulang. Ia pun meninggalkan Jepang. Membuat berbagai riset dan berbagi ilmu dengan para juniornya. Tidak hanya menggarap mobil listrik bernama Tucuxi, Selo dan Gendhis bersama Dahlan Iskan, Ricky ‘blusukan’ ke pedalaman di Ciheras, Tasikmalaya, untuk membuat pembangkit listrik tenaga angin. Ia berhasil!

Penelitian di Ciheras, Tasikmalaya mengenai pembangkit listrik tenaga angin hasil rancangan Ricky ini, bahkan menjadi yang terbaik di dunia untuk kelas 500 watt peak. Namun kini setelah beberapa tahun meninggalkan Jepang, Ricky yang masih tetap digaji karena perusahaan tak rela kehilangan talentanya, justru kini sedang dihadapkan pada dilema.

“Saya sampai saat ini masih tercatat sebagai karyawan di sana. Jadi saya ditunggu mereka untuk pulang ke Jepang sebelum akhir April,” kata Ricky pada JPNN, Kamis (10/4).

Hingga saat ini, permintaan itu belum kunjung dijawab Ricky. Sebelumnya mengenai rencana kepulangannya ke Jepang ini, sempat ramai di berbagai media sosial.

Terutama facebook Ricky yang selalu diikuti oleh banyak pengagum sosok muda inspirator ini. Dalam salah satu statusnya di facebook, Ricky memang sempat menulis tentang tentang tawaran pulang ke Jepang.

*

Cak Nun: Banyak Inovator di Indonesia Hidupnya Hancur

NASIONAL

23 Februari 2020, 16:27:23 WIB


Editor : Dimas Ryandi

Reporter : Hilmi Setiawan

Budayawan MH Ainun Najib atau akrab disapa Cak Nun menyampaikan orasinya saat penutupan Festival Sains dan Budaya (FSB) 2020 di komplek Sekolah Kharisma Bangsa Minggu (23/2). Dalam pidatonya selama 25 menit itu, ia mengaku prihatin dengan hancurnya hidup innovator yang ada di dalam negeri.

“Banyak penemu yang hidupnya hancur karena sistem di Indonesia yang tidak akomodatif dan tidak menyediakan peluang-peluang untuk orang kreatif,” ujar Cak Nun.

Dalam kesempatan itu Cak Nun menyebut nama Ricky Elson dan Joko Suprapto dari Nganjuk, Jawa Timur. Keduanya adalah inovator mobil listrik dalam negeri. Saat itu mobil listrik sempat banyak dilirik kareana digagas oleh Menteri BUMN, kala itu, Dahlan Iskan.

Namun, tiba-tiba saja riset mobil listrik oleh Ricky Elson berhenti di tengah jalan. Tentu ini sangat disayangkan. Sebab saat ini mobil-mobil listrik impor mulai banyak mengaspal di jalanan kota-kota besar di Indonesia.

“Jadi di Indonesia itu ada sebuah sistem yang kelihatan membangun. Padahal dia merusak,” ujar nya.

Dia menuturkan ketika ngomong soal Indonesia Emas pada 2045 nanti, yang tidak akan mudah untuk mewujudkannya. Namun, ia berpesan kepada para murid yang mengikuti kompetisi inovasi dalam gelaran FSB untuk memahami bahwa setelah selesai sekolah atau kuliah nanti, kehidupan di masyrakat sangat komplek.

Cak Nun menuturkan para siswa kelak harus bisa mempelajari bahwa kehidupan itu sangat komplek. “Tinggal kalian mau jadi kelompok yang membangun bangsa atau sebaliknya merusak,” tuturnya.

Dalam pelaksanaan FSB 2020 ini digelar dua kompetisi tahunan bergengsi. Yakni, Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) dan Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI).

Presiden ISPO Riri Fitri Sari berharap peserta ISPO maupun OSEBI bisa menjadi pahlawan Indonesia di masa mendatang. Karena banyak karya inovasi yang memukau. “Mereka bisa melakukan eksplorasi dan dengan imajinasinya untuk menyelesaikan masalah,” katanya.

Riri lantas menyinggung dikeluarkannya Indonesia dari kelompok negara berkembang baru-baru ini. Dengan demikian Indonesia secara resmi sekarang menjadi negara maju. Dia menuturkan dengan status demikian, maka produktivitas menjadi tantangannya.

Riri menuturkan SDM Indonesia harus memiliki produktivitas yang sama dengan SDM dari negara maju baru lainnya. Seperti Tiongkok, Brazil, dan lainnya.

Diketahui, para peserta yang menjadi juara pada kompetisi ISPO 2020 siap berlaga di ajang internasional. Salah satunya ajang Vilnius International Project Olympiad (VILIPO) di Lithuania. Aja juga yang akan bertanding pada ajang Genius di New York dan ajang Infomatrix di Rumania.

Tidak ada komentar: