klik sayangi bumi maka akan disayang langitan

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

(HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

*

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

surat (30) ar rum ayat 41

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (٤١)

surat (5) al maa'idah ayat 32

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ (٣٢)

surat 4 An Nisa' ayat 114

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلٰحٍۢ بَيْنَ النَّاسِ  ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

surat 3 Āli 'Imrān ayat 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

*

klik nasehat

klik emak

*

Minggu, 04 Agustus 2019

Doktor Fisika ITS Anis Nismayanti Teliti Kanker Otak Menggunakan Medan Listrik

1. DO’A KETIKA BEROBAT/ MINUM OBAT

BISMILLAHI ALLAHUMMA INNI A’UDZUBIKA MIN SYARRI WAJ’II HADZAA


Dengan namaMu ya Allah, aku berlindung dari kejahatan penyakitku ini.


2. DO’A MAKAN BERSAMA ORANG SAKIT

LABA’SA THOHUURUN INSYAA – ALLAH


Biarlah kesucian itu ada pada kami, jika Tuhan menghendaki.


3. Doa menjenguk orang sakit


اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذهِبِ البَأسَ اشفِ أَنتَ الشَّافِيء لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاوءُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

Allaahumma rabban naasi Adzhibil ba’sa Isyfi Antasy syaafi’ Laa syifaa’a illaa syifaa-uka syifaa-an laa yughaadiru saqaman


Artinya : Wahai Allah Tuhan manusia, Hilangkanlah rasa sakit ini, Sembuhkanlah. Engkaulah Yang Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan yang sejati kecuali kesembuhan yang datang dari-Mu Yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan komplikasi rasa sakit dan penyakit lain.




Oleh : itsmis

29 Juli 2019, 16:07

klik ITS

lihat juga setrum warsito purwo taruno

Kampus ITS, ITS News – Anis Nismayanti berhasil melakukan penelitian mengenai terobosan pengembangan teknologi yang memanfaatkan medan listrik sebagai metode pengobatan kanker otak. Penelitian tersebut berhasil menjadikan Anis sebagai Doktor Ilmu Fisika pertama yang mengangkat topik fisika medik dalam disertasinya di Departemen Fisika, Fakultas Sains, Institut Teknologi Seputuh Nopember (ITS), Senin (29/7).

Anis dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude setelah digelar sidang terbuka promosi doktor yang dipimpin oleh Hamzah Fansuri SSi MSi PhD di Ruang Theater B Departemen Fisika ITS. Disertasinya sendiri berjudul Wire Mesh Tomografi untuk Kuantifikasi Distribusi Intensitas Medan Listrik Pada Sistem Perencanaan Terapi Ecct (Electro Capacitive Cancer Therapy) Pada Kanker Otak.

Dalam sidang tersebut, Anis mengatakan bahwa selama beberapa dekade terakhir, kanker telah menjadi salah satu penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit kardiovaskular. Namun, pengobatan kanker yang sudah ada baik melalui operasi, radioterapi ataupun kemoterapi masih belum optimal. “Karena pengobatan kanker tersebut menimbulkan efek samping negatif dan berdampak sangat kuat terhadap pasien, sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang mengakibatkan kesakitan dan kematian,” ulas ibu tiga anak ini.

Dijelaskan Anis, metode pengobatan kanker yang memanfaatkan medan listrik yang dikenal dengan Elecro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) menjadi terobosan baru dalam pengembangan teknologi pengobatan kanker, karena aman dan efektif ketika diterapkan pada kultur sel, model kanker hewan. Metode ECCT ini bekerja dengan memberikan medan listrik dengan arus kecil berfrekuensi menengah selama beberapa waktu. “Sehingga dapat menghambat proses pembelahan sel kanker dan menghancurkan sel kanker ketika sel tersebut membelah diri,” papar perempuan kelahiran 1984 ini.

Anis yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah ini mengatakan bahwa kunci keberhasilan ECCT adalah perhitungan dan pengukuran distribusi medan listrik secara akurat di daerah tumor atau terapi. Namun sejauh ini masih belum ada metode yang cukup akurat untuk melakukan hal tersebut. “Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memberikan solusi permasalahan tersebut,” ujar perempuan berhijab ini.

Wire Mesh Tomography, menurut Anis, memiliki fitur yang menonjol untuk mengukur distribusi medan listrik sebagai validasi simulasi numerik di Treatment Planning System (TPS) atau sistem perencanaan terapi ECCT. Sehingga sensor ini menjadi pilihan untuk mendapatkan secara presisi dan akurat intensitas medan listrik pada tiap titik persilangan kawat dalam bentuk tomografi dua dimensi dengan menggunakan sebuah fantom, yakni sebuah alat yang menyerupai jaringan tubuh khususnya kepala dengan sel kankernya secara tiga dimensi.

Sampai saat ini, wire mesh sensor (WMS) yang digunakan untuk mendeteksi sebaran ukuran bubble dalam aliran fluida ini memiliki kelemahan saat ada sumber tegangan luar lain yang diberikan pada sistem, sehingga menyebabkan pembacaan sinyal pada kawat receiver terganggu. Maka dalam penelitian ini, Anis menghadirkan metode baru untuk mendapatkan data pengukuran dengan menjadikan semua cabang kawat bertindak sebagai receiver dan pembacaan data tiap titik persilangan kawat diselesaikan dengan rekonstruksi.

Perempuan asal Palu yang sudah melakukan penelitian ini sejak 2015 tersebut membuat rekonstruksi citra menggunakan algoritma bilinear interpolasi untuk kuantifikasi distribusi intensitas medan listrik pada jaringan tubuh manusia tiruan. Lalu, pendeteksian distribusi intensitas medan listrik pada alat terapi kanker ECCT telah dilakukan menggunakan sensor microstripline patch pada medium udara.

Namun, kata Anis, sensor ini belum mampu melakukan pengukuran pada sebuah fantom. “Sehingga WMS yang ditanam pada fantom akan mendapatkan kuantifikasi distribusi intensitas medan listrik pada alat terapi kanker ECCT. Sehingga sistem perencanaan terapi ECCT lebih optimal,” ujarnya.

Dipromotori oleh Dr rer nat Triwikantoro MSc, Dr Warsito Purwo Taruno M Eng dan Endarko PhD, Anis mengatakan penelitian ini juga bisa diterapkan untuk terapi yang menggunakan medan listrik secara umum. Anis berencana untuk merealisasikan hasil penelitiannya ini dengan langkah awal melakukan pendekatan secara personal kepada dokter yang terbuka terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. (naj/HUMAS ITS)

riset

klik researchgate

Nismayanti, Anis & Baidillah, Marlin & Andiani, Linahtadiya & Triwikantoro, Triwikantoro & Endarko, Endarko & Warsito, W. (2018).

Electric Field Distribution Measurement for electrocapacitive cancer therapy by using Wire Mesh Tomography. Although low energy alternating electric field are gaining an acceptance for electrotherapy of cancer treatment, recent studies have only discussed the electric field distribution characteristics theoretically using numerical approaches.

In order to obtain the optimum benefit of low energy alternating electric field, an accurate vector of the low energy alternating electric field in the region of cancer cells should be achieved.

In this study, we propose a novel electric field measurement method by using wire mesh tomography (WMT) in order to obtain a feedback to minimize the error of numerical simulation of ECCT.

The WMT sensor consists of 8×8 copper wire matrix in a circular shape vessel with diameter 12 cm. The cross-sectional of biomaterial phantoms of human head model with known electrical properties a priori were inserted the wire mesh sensor and were exposed by low energy alternating electric field by using ElectroCapacitive Cancer Therapy (ECCT) system based on numerical and experimental studies.

The electric field value in the air medium has the highest value compared to the value of electric field in grey matter matter and cancer cells. And the electric field value in grey matter matter has a higher value than the value of the electric field in the cancer cell.

This study can be a new science in measuring electric field so that electric field-based treatment can be more optimal in its planning.

Tidak ada komentar: